Bulan Agustus lalu, saya baru selesai membaca novel baru Andrea Hirata, judulnya Buku Besar Peminum Kopi. Ini pertama kalinya saya membaca kembali buku berbahasa Indonesia setelah sekian lama, dan saya kembali jatuh cinta, memang tidak mengecewakan. Sejak dulu saya memang menyukai buku-buku Andrea Hirata, dan menurut saya ini adalah buku terbaik beliau.
Benang merah buku ini adalah catatan yang ditulis oleh Ikaludin berdasarkan pengamatannya selama bekerja di kedai kopi milik pamannya. Kesimpulan Ikal, setiap orang memiliki karakter unik yang bisa dikenali dari jenis kopi yang diminumnya. Bahkan peminum teh pun ada tafsirannya : mereka – si peminum teh adalah manusia yang tidak mengetahui nikmat dunia haha.
Konon, karakter manusia bisa dikenali dari jenis kopi favoritnya. Bahkan di jaman sekarang ada golongan-golongan peminum kopi, misalnya social drinker, yang minum kopi untuk mengikuti trend. Biasanya mereka sebetulnya tidak menyukai kopi tapi pengen juga dong ikut posting foto kedai kopi kopi, tidak lupa dengan hashtag kekinian #coffeelove #coffeelife.
Ada juga si caffeine addict, pastinya ini adalah orang yang sudah kecanduan, tak lengkap tanpa secangkir kopi. Banyak sekali contohnya di sekitar kita. Jaman dulu sewaktu kedai kopi belum menjamur seperti saat ini, mungkin ada satu dua ayah kita yang pecandu kopi. Sebelum berangkat kerja wajib hukumnya satu cangkir kopi hitam terhidang di meja. Jaman sekarang, para caffeine addict ini biasanya rela mengantri di kedai kopi di pagi hari, bukan saja karena mereka menyukai kopi, tapi lebih karena mereka tidak bisa memulai harinya tanpa kopi, they need coffee to function.
Kopi dan Kafein
Banyak penelitian tentang kopi dan kafein. Kafein adalah stimulant alami, banyak orang menyakini bahwa meminum kopi membantu untuk lebih bersemangat. Kopi menjadi suatu kewajiban, bukan hanya di pagi hari, tapi sepanjang hari. Ada yang bisa meminum kopi bercangkir-cangkir setiap hari.
Kafein terbukti bisa meningkatkan metabolisme, menaikkan mood, meningkatkan konsentrasi dan juga membangkitkan motivasi bekerja. Pada titik ini saya bisa memahami kenapa para tukang bangunan yang dulu merenovasi rumah selalu meminta kopi setiap pagi dan sehabis makan siang. Kopi (dan juga rokok biasanya) bisa membantu mereka bekerja lebih giat. Atau ketika dulu saya bekerja tengah malam di offshore rig, bukan sekali dua kali kami menelpon ke galley (dapur), meminta dibuatkan satu termos kopi.
Satu cangkir kopi mengandung kira-kira 100 mg kafein, sudah cukup memberikan efek baik untuk peminumnya. Umumnya diperlukan 30 – 60 menit bagi kafein untuk memberikan efek maksimal, dan efeknya bisa bertahan selama 3-9 jam. Hmm itu mungkin sebabnya konon waktu terbaik untuk meminum kopi bukanlah di pagi hari, tapi di siang hari setelah makan siang. Perut kenyang, badan lelah, mengantuk, menjadi segar kembali karena asupan kafein, syukur-syukur bisa bertahan sampai tengah malam, agar mamak strong membersamai anak-anak.
Sebaliknya, meminum kopi di pagi hari kurang dianjurkan dengan beberapa alasan yang berkaitan dengan kesehatan. Kafein bisa membantu untuk menaikkan mood di pagi hari, tapi sekaligus bisa menaikkan kadar depresi dan anxiety. Ini bisa menjadi lingkaran setan, karena merasa depresi atau anxiety akhirnya kita memerlukan lebih banyak kopi, demi placebo efek yang menenangkan.
Selain itu, meminum kopi di pagi hari bisa menaikkan berat badan, apalagi kalau kopi yang diminum bukanlah kopi hitam. Untuk hal ini saya adalah saksi hidup, ini benar. Pada masanya dulu, saya dan teman di kantor selalu pergi ke kedai kopi di pagi hari. Satu cup latte untuk saya dan satu cup cappucino untuk beliau. Tidak pernah absen setiap hari.
Dalam beberapa bulan saja tentunya berat badan kami naik. Latte dan cappucino, keduanya adalah kopi susu. Walaupun tidak ditambahkan gula, tapi kalorinya sudah lebih dari cukup. Belum lagi kalau ada tambahan makanan kecil seperti donat, croissant, atau scones. Sejak saat itu saya memilih untuk minum kopi hitam saja, sesekali saja saya menjadi social drinker dan memesan latte favorit.
Coffee’s a very personal thing
Berbicara tentang kopi hitam, latte atau cappucino, sesungguhnya kopi itu sangat personal. Biasanya peminum kopi veteran akan punya kedai kopi favorit yang menurut dia paling oke. Setiap hari maunya kesana, ga bisa pindah ke lain hati. Itulah salah satu penyebab Starbucks walaupun mahal dan ga enak, tetep aja ada pelanggannya.
Kembali ke cerita Ikaludin dan Buku Besar Peminum Kopi-nya, ternyata bukan hanya Ikaludin yang menafsirkan karakter peminum kopi. Banyak penelitian dan filosofi tentang karakter manusia berdasarkan jenis kopi.
Iseng saya mencari tahu tafsiran para ahli tentang tiga jenis kopi yang paling populer : kopi hitam, latte dan cappucino.
Si Kopi Hitam – Americano – Long Black
Kopi hitam adalah jenis kopi yang paling mudah dan praktis, hanya memerlukan dua bahan saja : bubuk kopi dan air panas. Di Indonesia kita mengenalnya sebagai kopi tubruk, tidak ada pakem cara membuatnya, semua sesuai selera. Ada yang lebih menyukai kopi pahit yang kental atau yang sedang-sedang saja.
Bergeser sedikit ke Singapura dan Malaysia, kopi tubruk ini disebut sebagai Coffee O alias kopi kosong. O sendiri adalah singkatan dari only, kopi saja. Jangan sampai salah memesan ya, kalau kopi yang dipesan, yang datang adalah kopi susu.
Di Amerika, si kopi hitam dikenal sebagai Americano. Cara membuatnya berbeda dengan kopi tubruk. Americano dasarnya adalah espresso, tuangkan 1 bagian espresso ke dalam cangkir, tambahkan dengan 2 bagian air panas.
Lalu apa bedanya dengan Long Black? Long Black lebih populer di Australia dan New Zealand, serupa tapi tak sama karena cara membuatnya berbeda. Untuk membuat secangkir Long Black, tuangkan air panas dulu baru masukkan espressonya, hasil akhirnya agak berbeda dengan Americano karena ada lapisan crema di permukaan.
Bagaimanapun cara membuatnya, peminum kopi hitam biasanya adalah orang – orang yang tidak suka berbasa-basi, blak-blakan dan kuat. Sama kuatnya dengan harum espresso. Tidak ada tambahan lain, menggambarkan kesederhanaan, kejujuran dan prinsip hidup sederhana, karena harga kopi hitam itu paling murah !
“Kopi tanpa gula adalah kopi yang jujur. Dia tak perlu bermanis-manis di mulut. Tanpa ragu menunjukkan jati diri pada sang peminumnya.” (anonim).
Kopi Latte
Caffé latte yang terkenal itu adalah kopi dengan susu, campuran 1/3 espresso dengan 2/3 steamed milk. Foam di latte hanya sedikit sehingga rasanya lebih creamy. Kalau memesan latte di cafe, biasanya akan ada tambahan latte art. Cantik kan, sampai ada teknik meminum latte yang slay, yang tidak akan merusak kecantikannya.
Katanya, penyuka latte adalah orang-orang yang simple. Mereka mudah dibuat senang (buktinya ada latte art cantik aja sudah bahagia), dan mereka senang membahagiakan orang lain.
“Latte drinkers tend to be mild-mannered, agreeable, happy to go with the flow and therefore do the same with hot milk and a bit of coffee because, well, what can go wrong with that?” says the expert.
Cappuccino
Cappuccino pada dasarnya sama dengan latte, bedanya jumlah susu yang digunakan lebih sedikit dan buih susunya lebih tebal. Hati – hati meminum cappucino ya, jangan sampai ada lapisan buih susu tertinggal di atas bibir. Komposisi cappuccino adalah 1/3 espresso, 1/3 steamed milk, dan 1/3 buih susu.
Konon penyuka Cappucino ini adalah orang – orang yang adventurous tapi juga perfectionist, betulkah ?
“These will tend to be people that might have a go at a new skill or visit a new place they’re interested in. They’re quite open-minded and up for a laugh.” says the expert
Menarik ya cerita tentang tafsiran karakter manusia ini, sayangnya di kedai kopi Pamannya Ikal tidak ada cappucino dan latte, penasaran juga apa tafsiran Ikal tentang mereka.
Jadi Mamah suka kopi yang mana? Apakah mamah seseorang yang sederhana, suka bertualang atau happy go lucky? ceritakan di komentar ya Mah.
Tulisan ini tentunya untuk ikut meramaikan Tantangan Bulanan Mamah Gajah Ngeblog Oktober 2022 : Mamah dan Kopi.
8 Comments