A Heaven in Paradiso

Perjalanan ke Italy ini merupakan perjalanan saya ke luar negri pertama kalinya. Business trip ke headquarter office di Paris yang kemudian diakhiri dengan backpacker trip bersama 3 orang teman : Agnes, Mba Diah dan Gunsut alias Tejo alias Gunawan Sutejo.

Selepas acara kantor kami memutuskan untuk berjalan – jalan sebentar dan Turin di Italy merupakan salah satu kota tujuan kami. Kebetulan saat itu sahabat saya – Risang sedang melanjutkan S2 disana, melalui obrolan YM dia menyarankan saya untuk mengunjungi Grand Paradiso, it’s heaven katanya. Seperti biasa saya mudah tergoda, dan masuklah Grand Paradiso ini ke dalam itinerary kami.

Singkat cerita tibalah kami di Turin jam 3 pagi dengan menggunakan kereta api cepat dari Milan. Risang menjemput kami di stasiun dan kami berjalan kaki ke apartemennya di pagi hari bulan Oktober yang dingin. Tidur sejenak dan keesokan harinya kami sempatkan berkeliling Turin terlebih dahulu, kemudian naik bis ke Ceresole Reale, salah satu pintu masuk ke Grand Paradiso yang terdekat dari Turin.

Sayangnya Risang tidak bisa menemani, jadilah kami berempat berpetualang ke desa kecil bernama Ceresole Reale dengan bahasa Italy yang tidak kami mengerti. Kami tiba di Ceresole Reale jam 3 sore, sepi sekali. Pemberhentian terakhir bis dan tidak ada seorangpun yang kami temui, bahkan kantor taman nasionalnya tutup. Kesalahan besar, ternyata sisi Ceresole Reale hanya dibuka di summer season.

Bapak supir bis yang baik hati menyarankan kami berjalan – jalan di sekeliling danau dan dia akan menunggu. Jadwal bis terakhir ke Turin adalah jam 4 sore dan berarti kami hanya punya waktu 1 jam saja.  Bergegas kami berjalan ke arah danau dan ternyata memang benar, it’s heaven.

Rasanya terbayar sudah semua lelah dari perjalanan ini. Danau biru, gunung bersalju di kejauhan, rumah rumah peristirahatan mungil dan sepi, hanya kami berempat. Penuh semangat kami berjalan mengelilingi danau dan dalam hati saya berulang kali berjanji untuk datang kembali ke sini suatu hari kelak (di musim panas tentunya).

lovely lake

1 hour escapism yang rasanya seabad, waktu seakan berhenti sejenak disini. Perjalanan yang tidak pernah saya lupakan hingga saat ini. Ternyata sepi itu indah, Ceresole Reale yang sepi lebih romantis dari Venice yang ramai dengan tourist.

Agnes, Mba Diah dan Gunsut, terimakasih telah menemani saya kesini. Semoga suatu saat kita bisa kesana lagi ya.

Agnes, Tejo, May, Mba Diah

4 Comments on “A Heaven in Paradiso”

  1. Aku sampai browsing, di mana di peta tempatnya ini. Cantik banget danaunya. Tapi kalau terlalu sepi ya gimanaa gitu yah.
    Ternyata artikel ditulis tahun 2006 ya? Semoga udah ke sana lagi deh. Mungkin udah lebih ramai kalik ya?

    1. Ini di Italy bagian barat Bu Hani, sudah dekat ke perbatasan Perancis. Dulu sepi banget karen kami datang di bulan Oktober, sudah terlalu dingin. Kalau pas summer katanya rame. Belum kesini lagi deh, jadi pengen kan hehe

  2. Pertanyaan yang sama dengan Bu Hani, udah jadi ke sana lagi gak May? Itu bapak supirnya baik juga ya mau nungguin sejam begitu. Berasa nyewa bis turis isi 4 orang dong ya.

    1. Belum kesini lagi Risna. Itu Bapak Supir sebetulnya ikut jadwal karena memang jadwal berangkat bis nya jam 4, ada penumpang atau ngga akan tetap jalan. Ini kaya bis umum gitu, iya berasa supir pribadi, bapaknya udah tua, baik banget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *