1..2..3.. BUMI !
“Ndrooo, lo udah tidur belum Ndro ?” Perlahan, nyaris berbisik kupanggil Indro, teman seangkatanku yang bivak-nya tepat berada di sebelahku. Mudah-mudahan Indro belum tidur, aku perlu teman bicara. “Kenapa Kei, lo ngga tidur? Istirahat Kei, entah besok apalagi yang akan terjadi, mendingan kita istirahat sekarang, jangan lupa sepatu lo siapin juga, siapa tahu nanti malam kita dibangunkan lagi”. Indro berbisik-bisik dari bivak sebelah. “Ndro, kalau besok belum selesai juga, gw mau pulang Ndro, lo temenin gw ya. Gw harus pergi ekspedisi ke Sulawesi dengan anak Mapala, gw harus pulang Ndro.” “Seriusan lo Kei ? jangan dong Kei, sedikit lagi gw yakin ini akan selesai, lo sabar ya. Kita udah sama-sama setahun ini, kita selesain sama-sama juga, sedikit lagi Kei, kita pasti bisa”. Indro terdengar kuatir, dia pasti berpikir aku sudah tidak tahan lagi. Aku memilih diam, tidak menjawab. Beberapa kali Indro memanggilku lagi. Kalau dalam situasi normal, aku yakin Indro akan langsung menemuiku. Tapi, malam ini, di tepi Situ Cileunca yang gelap mencekam, bercakap-cakap dengan normal pun tidak memungkinkan. Itu sama saja bunuh diri. Badanku …