Vietnam, Wanderlust
comments 18

[Sapa] A Simple Wedding but Beautiful Indeed

Minggu lalu saya mendapat email dari Ms. Dzung. Vietnamese girl yang baik hati, resepsionis hotel H’Mong di Sapa. Dzung menanyakan kabar kami sekeluarga dan juga mengirimkan foto – foto dari pernikahan Pang yang kami hadiri.

We were attending the H’Mong wedding and it was so beautiful and unique.

Seperti sudah saya bilang, nampaknya kami sangat beruntung di perjalanan kemarin, semuanya nampak begitu mudah, alhamdulillah sekali.

Sabtu 3 Mei 2014, hari ketiga di Sapa, dan sore harinya kami akan kembali ke Hanoi. Rencana awal kami akan berjalan – jalan ke Hoang Lien National Park, trekking ke air terjun lalu pulang ke hotel.

Nasib baik, pagi itu selepas sarapan saya melihat Hoa – the hotel’s owner sedang mendandani Pang, salah seorang waitress di hotel ini. Dasar usil pastinya saya bertanya mau ada acara apa. Pang hanya tersenyum dan Hoa menjawab : ” Today is her wedding day!”

Wow, sesaat saya ngga bisa ngomong. Dalam dunia orang kebanyakan mungkin hal ini tidak akan pernah atau jarang terjadi. Kemarin sore saya masih melihat Pang bekerja, dan hari ini ternyata dia akan menikah. Saya langsung teringat dengan kehebohan saya, keluarga dan teman – teman dekat saya ketika akan menikah. Cuti beberapa hari sebelum menikah itu menjadi wajib, sibuk cek dari A sampai Z, tapi disini semua berbeda.

Pagi itu Pang hanya menggunakan celana panjang hitam dan kaos putih bercorak. Rambut panjangnya digerai saja, make up nya pun tipis tipis. Sederhana.

Sayapun bertanya apakah kami boleh datang ke acara pernikahan Pang, yang ternyata disambut dengan gembira. Tentu saja boleh. Hoa bahkan mengajak kami pergi bersama – sama dari hotel.

Senang sekali rasanya, saya bergegas memberi tahu Helmy mengenai kabar baik ini. Walaupun tanpa kostum yang layak kami sangat ingin datang ke pernikahan Pang. Pagi itu kami hanya menggunakan celana lapangan dengan kaos, stelan jalan – jalan, baju bersih yang tersisa. Mohon maaf Pang.

Yang terpikir di kepala saya saat itu adalah pestanya kita orang kebanyakan, ketika para tamu diharapkan berpakaian pantas, mungkin perempuan-nya berkebaya, lelaki-nya berjas atau batik. Bukan bercelana panjang kotor dan bersepatu lapangan.

Tetapi ternyata salah saudara – saudara. Jam 10 tepat kami berangkat bersama Hoa dan pegawai hotel lainnya. Semua berpakaian biasa. Bahkan Hoa mengganti bajunya dengan celana training dan sepatu olahraga. Ramai – ramai kami pergi ke Hao Thai Village, kampung halaman Pang.

Perjalanan ke Hao Thai kurang lebih 45 menit dengan menggunakan mobil. Kami berhenti di tepi jalan besar lalu berjalan ke rumah Pang, kurang lebih 1.5 km dari jalan raya. Selain kami bertiga dan pegawai hotel ada 4 orang fotografer beken Vietnam, mereka datang dari Ho Chi Minh city, ada juga satu keluarga Russia dengan anak laki – lakinya yang berumur 5 tahun.

seperti biasa anak kecil sudah punya banyak teman
untungnya ga ada yang pakai selop dan kebaya

Sayangnya kami melewatkan wedding ceremony-nya, ketika kami datang nampaknya semua orang sudah mulai berpesta. Tak tampak tanda – tanda pernikahan, janur kuning, bunga – bunga apalagi barisan pagar ayu pagar bagus berkebaya dengan buku tamu dan kotak kencleng. Kami hanya disambut dengan senyuman, senyuman dan senyuman.

Di depan rumah, Pang dan suami menyambut kami semua, tak ada pelaminan. Tak perlu ada VIP line untuk bersalaman. Dan lagi – lagi saya terkejut, Pang masih memakai bajunya tadi pagi, make up nya sudah hampir pudar, dan bersepatu kets ! Suami Pang juga memakai celana hitam biasa dan sandal gunung. Pembedanya hanyalah baju luaran hitam yang ternyata adalah baju pernikahan di adat mereka.

tak ada penerima tamu apalagi kotak kencleng

Melihatnya membuat saya malu, teringat acara pernikahan saya 6 tahun silam, dengan kebaya yang dipesan berbulan lamanya, sandal tinggi yang serasi. Deretan adik kelas berkebaya menjadi penerima tamu. Riuh rendah tamu yang tak semuanya saya kenal. Disini itu semua tidak ada. Kecuali kami, nampaknya semua yang hadir adalah saudara dan teman dekat. Pang dan suami penuh semangat menyapa semua tamu yang hadir. Pernikahan yang hangat bukan.

Pang dengan bahasa Inggrisnya yang fasih menyambut kami dengan gembira. Berulang kali ia mengucapkan terimakasih karena kami sudah hadir. Di sela – sela perbincangan Hoa bergegas menarik Pang dan memperbaiki make up-nya yang pudar. Semuanya dilakukan di depan rumah, di tengah – tengah tamu. Life is so simple here.

retouch make up

Setelah bersalam – salaman di luar rumah kami dipersilakan masuk ke dalam rumah Pang yang berlantai tanah dan gelap. Tetapi di dalam ramai sekali, ada 4 meja segiempat kecil, di atasnya penuh mangkuk berisi makanan. Kami dipersilakan duduk dan menyantap makanan tersebut. Unik sekali, semua orang nampak tertawa dan bahagia. Sayang saya hanya bisa mencicipi tahu yang rasanya ternyata enak sekali. Lauk lainnya bermacam – macam, ada ayam, daging, sayuran. Semua makan bersama dengan menggunakan sumpit.

Tak lama berselang seorang Ibu tua berkeliling, membawa sloki sloki berisi rice wine. Semua orang bersulang, mendoakan Pang dan pernikahannya. Kali pertama saya berhasil menghindar, ketika orang bersulang saya pergi ke luar mencari Cici. Tapi ternyata Ibu tersebut berkeliling lagi, dan kali ini menyodori saya satu sloki yang harus saya minum. Untung ada Dzung, bersusah payah Dzung menjelaskan bahwa saya tidak minum rice wine. Nampaknya Ibu tersebut bingung, dan terus berusaha memaksa saya minum. Haha, seru sekali kalau diingat. Dzung akhirnya punya ide untuk menukar sloki saya dengan sloki yang berisi air soda dan ikut bersulang, selamat.

bersulang

Menurut Dzung, Ibu tersebut ingin menghormati saya sebagai tamu. Ini adalah salah satu cara mereka berbagi kebahagiaan. Ia ingin semua orang bahagia di pernikahan ini. Perlu nyali tinggi memang, putaran sloki rice wine itu tiada henti.

bersulang lagi dan lagi, padahal isinya air soda haha

Selepas makan kami berpamitan pulang. Sedikit hadiah pernikahan kami masukkan ke dalam amplop. Pang memasukkannya ke dalam tas kecil yang dipakainya, disini tidak ada kotak kencleng.

Di perjalanan pulang saya bercakap – cakap dengan Hoa, usia Pang ternyata masih sangat muda, 18 tahun. Suaminya berumur 19 tahun dan saat ini juga bekerja sebagai waiter hotel di Sapa. Hoa mengenal Pang sejak usianya 15 tahun, saat itu Pang hanya bisa berbicara bahasa sukunya. Tapi ia giat belajar, dalam 3 tahun Pang sudah fasih berbahasa Vietnam dan Inggris.

Pang bisa dikatakan beruntung, anak kecil dan anak muda lainnya banyak yang tidak mempunyai kesempatan itu. Mereka tidak mengenal bangku sekolah. Orang tua lebih memilih anak – anaknya giat bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Ternyata sama saja ya, kisah klasik kaum minoritas.

full team bersama kedua mempelai

Hoa dan H’Mong Sapa hotel adalah contoh sukses yang saya kagumi. Seluruh pegawai di H’Mong Hotel berasal dari ethnic H’Mong. Mereka tadinya adalah anak kecil yang tidak tahu apa – apa. Hoa dan suamilah yang mengajari mereka membaca, menulis, sampai berbahasa Inggris. Salut.

Siang itu saya meninggalkan rumah Pang dengan perasaan penuh, bahagia. Sederhana itu memang selalu indah.

Dear Pang and husband, congratulations on your marriage. Have a wonderful life ! May you always find in each other the love, laughter and happiness. xoxoxo

the bride and the groom

18 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *