Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Pang nampaknya semua orang bahagia. Tiba – tiba Ibu (maaf lupa namanya) yang bekerja membuat souvenir handycraft di H’Mong hotel mengajak saya ke rumahnya. Katanya dekat saja kok, tak sampai 2 km. Sebetulnya tak sampai hati menolak, tetapi sore itu kami akan pulang, dan rasanya tidak enak memisahkan diri dari rombongan.
Ibu tersebut nampaknya agak kecewa dengan penolakan saya, duh saya jadi tidak enak hati. Ternyata Hoa yang mendengar percakapan kami langsung menyambut gembira ajakan tersebut : ayo sama – sama kita kesana. Wah senang sekali, semua orang juga senang.
Sebetulnya rumah Ibu tersebut dekat saja dari rumah Pang, sekitar 10 menit naik mobil dan berjalan kaki sebentar. Rumahnya cukup bagus, bangunan permanen, bersih dan ada kamar mandi bersih di luar rumah. Kami dipersilakan duduk di teras rumah, pemandangannya sawah dan Gunung Fanxipan. Sempurna.
Di dapur nampak kesibukan, 2 ayam telah dipotong, dibersihkan dan dimasak. Ternyata tuan rumah mempersiapkan makan siang untuk kami. Duh sebetulnya saya memang rindu dengan suasana seperti ini. Ternyata sama saja disini, tamu dianggap sebagai orang yang dihormati.
Siang itu kami makan bersama – sama, nasi putih, ayam rebus, kuah kaldu, sambal kering dan rebusan daun labu. Nikmat. Menurut Hoa, inilah makanan sehari – hari orang H’Mong, nasi putih dengan rebusan daun. Ayam dianggap sebagai makanan istimewa. Cara memasaknya pun sangat sederhana, rebus ayam dalam air mendidih, tambahkan garam. Angkat ayam, masukkan daun labu ke air rebusan, tiriskan. Air kaldu disajikan dalam mangkok besar, bumbunya hanya garam tetapi enak sekali. Cici pun doyan dan tambah berkali – kali.
Orang H’Mong makan dengan menggunakan sumpit, dan mereka suka sekali menyiram nasinya dengan kuah, bila tak ada kuah kaldu air panaspun jadi. Makan siang sederhana yang nikmat, semua orang bahagia, memang bahagia itu menular ya.
Terimakasih Ibu, semoga bertambah terus rejeki Ibu dan keluarga, sehat – sehat selalu.