Tema tantangan Mamah Gajah Ngeblog selalu menarik tapi terkadang bikin pusing, seperti tema Pengalaman Travel Berkesan yang maksimal 1250 kata. Susah ni Mamah :).
Travel in the earth and see how He makes the first creation, then Allah creates the latter creation; surely Allah has power over all things.
QS Al Ankabut :20
Seorang teman pernah bertanya : “May, ada ngga pengalaman spiritual sewaktu jalan-jalan ?” Kalau definisi spiritual adalah hal ghaib, saya tidak pernah mengalaminya. Tapi kalau terkait dengan hubungan makhluk dengan penciptanya, ada yang bisa saya ceritakan.
Agustus 2018
Saya dan keluarga mengunjungi Nepal untuk kedua kalinya. Sebetulnya musim panas bukan waktu yang ideal karena Nepal dilanda monsoon. Hujan, temperatur lebih panas dan sangat lembab.
Tapi area Mustang sangat ideal untuk dikunjungi saat monsoon season. Area ini dikenal sebagai Himalaya’s rain shadow karena terletak di sisi utara Himalaya. Jajaran pegunungan menghalangi hujan yang datang dari India dan Bhutan. Mustang di musim panas tetap kering.
Saat itu kami tidak menggunakan guide. Saya meminta tolong kenalan – Mr. Himal untuk mengurus perijinan dan membelikan tiket bis Kathmandu ke Jomsom, titik awal trekking Lower Mustang. Kami mengenal beliau di tahun 2015 ketika kami trekking ke Annapurna Basecamp.
22 Agustus 2018
Mr. Himal menjemput di bandara dan kami menitipkan ransel di kantor beliau, lalu pamit jalan-jalan. Pukul 4 sore kami kembali ke kantor dan Mr. Himal mengantar ke terminal bis. Karena monsoon season, bis pariwisata tidak beroperasi, satu-satunya pilihan yang ada adalah bis umum.
Beni berjarak ~300 km dari Kathmandu. Tapi karena jalan sempit dan berkelok-kelok, biasa ditempuh dalam 9-10 jam. Jarak Jomsom ~ 85 km dari Beni, dan lagi-lagi karena jalan sempit dan mendaki (ketinggian Jomsom 2700 m dpl atau setara dengan Dieng) biasa ditempuh dalam 5 – 6 jam. Idealnya, kami akan tiba di Jomsom tengah hari tanggal 23 Agustus 2018.
23 Agustus 2018
Kami tiba di Beni pukul 7 pagi, Mr. Himal mengirim pesan menanyakan kabar, beliau khawatir karena semalam ada tanah longsor.
Kebetulan, hari itu bertepatan dengan ulang tahun pernikahan saya dan suami yang ke 10. Kami “merayakannya” dengan sarapan nasi goreng di dekat pasar. Lucu juga kalau di ingat-ingat, merayakan ulang tahun pernikahan di pelosok Nepal haha.
Selesai sarapan kami mencari info mengenai bis ke Jomsom. Pemilik rumah makan menyarankan untuk menunggu saja di tepi jalan, nanti akan ada bis lewat.
Sekitar pukul 9 , bis yang dinanti tiba, bis kecil seukuran metromini. Harga tiket bis ke Jomsom 800 NRP per orang, atau ~ 100 ribu rupiah.
Jalan aspal perlahan digantikan jalan makadam hingga akhirnya jalan tanah berlumpur. Sesekali bis berhenti, kenek turun mendorong bis, jalan sebentar lalu berhenti lagi. Di beberapa titik bis berhenti lama karena jalan tertutup tanah longsor.
Awalnya kami mengobrol santai sambil menikmati pemandangan. Sampai suatu saat tiba-tiba bis hampir jatuh. Saya hanya terdiam, secepat kilat supir bis membanting stir dan kami kembali ke jalan. Penumpang lain tidak bereaksi, mungkin sudah biasa. Suami saya bilang tadi bis hampir masuk jurang. Ternyata di sebelah kanan ada jurang dalam, di bawah sana mengalir Sungai Gandaki yang berarus deras.
Peristiwa yang sama terjadi berulang-ulang. Sport jantung banget, sepanjang jalan saya bertasbih, berdoa. Pukul 10 malam kami tiba di Jomsom yang dingin dan sunyi, 30 jam saja dari Kathmandu.
Tapi cerita belum selesai. Belajar dari pengalaman, kami memutuskan pulang naik pesawat. Setiap hari ada penerbangan dari Jomsom ke Pokhara dan konon pemandangannya sangat indah, 20 menit terbang di atas Pegunungan Annapurna.
Saya menggunakan cadangan US Dollar yang kami simpan untuk emergency situation. Untuk foreigner, tiket pesawat dijual dalam USD, 150 USD per orang, lebih mahal dari tiket PP KL ke Nepal.
28 Agustus 2018
Pukul 6 pagi kami sudah sarapan dan penuh semangat akan check out dari hotel, tetapi petugas bilang nanti saja, tunggu panggilan.
Pukul 8 pagi akhirnya ada panggilan dari bandara. Tapi ternyata kami diminta menunggu lagi. Konon di atas sana, di Annapurna hujan lebat.
Kami menunggu dan saya masih berharap kami bisa terbang. Saya sudah memesan hotel di Pokhara, sudah terbayang rencana untuk berkeliling Pokhara sebelum kembali ke Kathmandu.
Pukul 11 diumumkan bahwa flight ke Pokhara dibatalkan karena cuaca buruk. Kami harus mencari alternatif transportasi. Kebanyakan turis menyewa jip. Harga sewanya cukup mahal, 25-35 ribu NRP, jip yang tersedia habis dengan cepat. Kami mencari taksi, tapi tidak ada yang berani. Akhirnya terpaksa kami kembali naik bis yang tiketnya 1000 NPR saja per orang.
Long story short, perjalanan turun ternyata jauh mengerikan. Kalau ketika berangkat saya berdoa untuk selamat, ketika pulang saya berulang kali meminta maaf karena membawa Cici kesini. Ada perasaan ketakutan, takut mati. Entah berapa kali bis nyaris masuk sungai, dan saya hanya bisa memegang tangan Cici kuat-kuat dan berdoa.
Pukul 8 malam tapi kami masih di tengah hutan. Tiba-tiba bis meluncur cepat, lagi-lagi hampir masuk jurang. Entah tertahan apa, tapi yang pasti sedikit lagi bis akan jatuh. Saya sangat kaget, dan yang terpikirkan hanya turun dari bis. Penumpang lain juga berpikiran sama, kami beramai-ramai keluar. Supir bis berusaha mengembalikan bis ke jalur tapi sangat susah. Beliau menyarankan kami untuk menunggu di jalan atau berjalan ke desa. Bis perlu ditarik dengan truk , mungkin besok pagi menunggu ada truk lewat.
Kami memilih berjalan ke desa dan hanya membawa tas kecil yang selalu kami pegang. Ransel kami ada di bagasi, tidak memungkinkan diambil. Untungnya jaket, uang dan paspor ada di dalam ransel kecil. Kalaupun bis tidak selamat InshaAllah kami tetap bisa pulang.
Sekelompok pemuda Nepal yang ramah berjalan bersama kami. Bahkan salah seorang dari mereka menemani Cici sepanjang jalan, tabah sekali Cici berjalan di tengah hujan. Menjelang pukul 1 malam kami sampai di desa Myagdi, dan alhamdulillah ada satu penginapan membukakan pintu dan juga menyiapkan makan malam.
29 Agustus 2018
Pagi – pagi, para pemuda Nepal pamit, mereka akan berjalan ke Beni dan mencari bis ke Pokhara. Kami tidak ada pilihan selain menunggu bis. Bis yang kami tunggu-tunggu datang sekitar jam 12 siang. Supir dan kenek hanya tertawa melihat kami, kami ikut tertawa, mungkin mereka senang bisa bertemu kami lagi.
Dengan bis yang sama kami melanjutkan perjalanan sampai Kathmandu dan tiba tanggal 30 Agustus 2018 pukul 2 dini hari. Kami berpamitan dengan kenek dan supir bis, yang sekarang sudah seperti teman haha.
Dalam perjalanan menuju hotel saya berpikir betapa berat pekerjaan supir dan kenek bis, senantiasa mempertaruhkan nyawa. Malam itu mereka tidur di terminal, dan besok pagi kembali ke Jomsom. Semoga mereka baik-baik saja.
Alhamdulillah, Allah terasa dengan dekat. Terimakasih untuk Pak Supir, Kenek Bis, pemuda-Nepal, semua penumpang bis dan pastinya Popo dan Cici.
I think we had a wonderful journey together. Namaste !
Alhamdulillah, puji syukur oadaNya, akhirnya bisa pulang dengan aman dan selamat ya May. Asli saya ikut deg-degan May. Betul May, salut dengan pengorbanan dan perjuangan Bapak Sopir bus dan Bapak Kenek yang setiap hari harus melalui jalan berbahaya demi mencari nafkah buat keluarganya. Semoga selalu dalam lindunganNya.
Paling suka dengan acara travelling May, selalu ada tempat yang baru saya ketahui. Jomson, Beni, Mustang. Dan juga baru tahu mengenai musim monsoon. Nuhuun pisan May. 🙂
Wah salut deh sama Cici, sejak kecil selalu mendampingi Mamah Papahnya trip ke berbagai belahan bumi, dan tough ga rewel layaknya anak kecil pada umumnya. 🙂 Sudah mendarah daging ya, sudah ‘in the genes’ ehehe. 🙂
Amin YRA, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah. Banyak banget cerita dipotong nih Uril, nanti mungkin kutulis di bagian ke 2 hehe.
Nepal utara area Mustang ini menarik karena mereka ada di perbatasan Nepal dengan Tibet, jadi budaya Tibet nya lebih kental.
Hehe iya nih, Cici alhamdulillah selalu setia menemani 🙂
Wuaaa… Tegang, baca ceritanya… AlhamduliLlaah semua baik2 saja ya… 🤗
Iya Teh Alfi, alhamdulillah kembali dengan selamat hehe.
Pengalamannya keren teh sama keluarga… it’s my dream (hehe) maasyaAllah. Cici pasti punya cerita sendiri yang jadi pengalaman tak terlupakan..
Haha, dreamnya bukan Cappadocia ya Teh ?
Iya, sepertinya ini juga sangat berkesan untuk Cici, jadi ya, ada satu hal yang ga kuceritain di tulisan (karena udah lebih dari 1250 kata wkwkw). Sebetulnya kita naik bis karena saran Cici, udah gitu, kita lupa persisnya gimana, tapi Cici negosiasi biar uang tiket pesawat buat beli Ipad aja haha. Dia memang lagi pengen punya Ipad buat sekolah. Ya bener sih, akhirnya pulang ke rumah bisa beli Ipad :).
Masya Allah, bukan tipe perjalanan yang berani kulakukan ini May. Tapi tetap aja ya jadi daya tarik turis walau seekstrim itu medannya.
Cara paling aman dan cepat memang naik pesawat Teh Shanty, tapi ya itu mahal. Daerah Mustang ini lumayan rame juga turis kesini, karena disana ada temple Hindu-Budha, Muktinath. Jadi kalau turis bule yang trekker-trekker itu kebanyakan memang naik pesawat, para peziarah sama turis Indonesia aja yang naik bis haha
tegaaannnggg …duh ikut deg-degan ini teh May.
salut dan peluk buat Cici.
aku nyupir ke Dieng sendiri yang gak seekstrim ini aja full dzikir dan stel muroral sepanjang jalan.
salam jalan-jalan
Cici sebenernya jadi orang paling santai dari kami bertiga lho Teh, kayanya ya, anak kecil tu memang ga ada rasa takut. Padahal saya dan suami udah tegang, memang berdoa, dzikir sepanjang jalan. Alhamdulillah, jadi perjalanan yang lebih mendekatkan.
Teteeh, menegangkan banget baca ceritanya! Tapi kabita bisa jalan2 bertiga gitu ke berbagai belahan dunia dan berbagai medan. Cici tangguh banget gak rewel selama perjalanan panjang MasyaAllah
Halo Teh Laksita, alhamdulillah pas ada kesempatannya. Air Asia lah penolong kami hehe, karena dari KL ke mana-mana bisa murah banget.
Alhamdulillah Cici memang ga rewelan, asal makan ga telat haha
Selalu beda!! Kepikiran teh wisata ke tempat kaya gini, suami teteh juga sefrekuensi jadi seru wkwk. Cici juga dari kecil udah terbiasa jalan-jalan kaya gini jadi kebayang udah gedenya pasti tangguh! Aaaa kereen 🙂
Alhamdulillah selamat sehat ya teh, ikut deg-degan 😀
hihi iya Teh Yuli, aneh ya, dreamnya bukan ke Cappadocia 🙂
Cici udah di ospek dari bayi Yul, dari umur 4 bulan dah diajak camping.
Alhamdulillah selamat, tapi beneran kaya mimpi buruk itu
Teehh,, deg2an banget bacanya. Alhamdulillah aman ya teh.. Jiwa petualang banget iih teteh sekeluarga, terutama Cici. Kereeennn.. Kalo saya ga akan milih perjalanan kaya gini sih teh *cupu* ðŸ¤ðŸ˜‚
Iya Echa, alhamdulillah, ini ya waktu sampai hotel di Kathmandu aku mandi sampai 1 jam, kotor banget penuh debu 🙂
Sebetulnya jangan sih hehe, sekarang kami juga lebih hati-hati, tapi ga kapok sih haha
Teeehh bacanya ikut deg-degan dari awal sampai akhir. Apalagi pas lihat videonya ya Allah, jarak mobilnya sungguh dekat kematian, slip sedikit langsung jatoh ke jurang ðŸ˜
Iya Agitha, alhamdulillah Allah beri keselamatan untuk kami semua. Sepanjang jalan ya, memang banyak mobil-mobil nyangkut, serem.
aku merinding membaca cerita ini, walaupun aku tau pastinya semua sudah berlalu dan baik-baik saja. Btw, tiket pesawatnya udah dibeli dan di refund atau gimana tuh? Aduh kayaknya aku ga punya nyali deh kalau perjalananya semengerikan itu, mendingan aku di rumah saja deh, hehehhe….
Uang tiket dikembalin utuh Risna, karena ini pembatalan dari maskapai kan, karena cuaca buruk. Jadi setelah diumumin pesawat cancel kita ramai-ramai ngantri trus uangnya dikembaliin. Ada yang milih nunggu untuk coba pesawat besoknya, ada juga yang kaya kita ngambil refund langsung.
Jadi ya, kan ada jip yang mahal itu, sebetulnya uang kita cukup aja, jip masih lebih murah dari harga pesawat untuk bertiga. Tapi trus Cici punya ide, kita naik bis aja ya, nanti uang tiket pesawatnya buat beli Ipad haha. Jadi waktu itu memang Cici mau naik kelas 6 SD kan, dan memang disarankan ada Ipad.
Kita setuju dong dengan usul Cici. Pas sampai KL hari pertama langsung ke mall dan beli Ipad 🙂
what an adventure! Tapi yang kayak gini ini yang bikin perjalanan jadi memorable ya teh. Alhamdulillah Allah selalu menyertai dan semuanya berakhir dengan baik.
yup Teh, alhamdulillah semua selamat dan memang jadi memorable banget 🙂
teteh…..keren udh ke nepal. masyaAllah. artikelnya bagus teh. gak heran jadi pemenang tantangan februari ini.
Teh Lancerosa, makasih udah mampir ya. Iya, kami suka banget Nepal, gunung dan budayanya bikin penasaran.