Akhir Desember lalu, tepat 8 tahun saya meninggalkan Jakarta dan kumpeni lama. Sejujurnya, tidak mudah meninggalkan Jakarta, mix feeling, terutama meninggalkan teman-teman dan keluarga.
Selepas episode Balikpapan saya bekerja di Jakarta selama kurang lebih 7 tahun, bukan saja segudang pengalaman dan kesempatan yang saya dapat tapi tentunya persahabatan dengan teman satu tim dan atasan yang sebagian besar dari mereka sudah seperti saudara sendiri. Teman kerja terbaik, mentor terbaik, boss terbaik, semua terbaik. Catatan manis dari wisuda ke tiga, pernah saya tuliskan disini, notes from 3rd graduation.
Sampai saat ini saya masih berhubungan baik dengan teman-teman bahkan mantan boss di Jakarta, via whatsapp. Dulu sebelum jaman pandemi, kalau ada yang datang ke KL tentu wajib bertemu bahkan menginap di rumah. Saya juga masih berhubungan baik dengan beberapa teman expat yang juga senior atau atasan saya, bukan via whatsapp tapi via email. Bertahun-tahun saya masih rutin berbalas email dengan mereka. Sekedar berbagi kabar, ucapan selamat ulang tahun atau selamat hari raya, salah satunya dengan JN.
Kemarin, setelah 10 tahun lamanya, akhirnya saya bertemu kembali dengan JN, reunion. Terakhir kali saya bertemu JN di bulan Maret 2012, di kantor Houston. Setelah itu kami berdua keluar dari kumpeni bunga matahari hijau ini, saya pindah ke KL dan JN pindah ke Australia. Tapi kami masih berhubungan via email atau Linkedin. Dunia itu kecil, dan sejak tahun lalu JN pindah ke KL dan kami bekerja di kumpeni yang sama. Tapi lagi-lagi gara-gara lockdown baru kemarin saya bertemu dengan JN, karena kebetulan kami mengikuti workshop yang sama.
Senang bertemu dengan JN, rasanya memang seperti bertemu teman lama. Banyak cerita dengan JN yang rasanya patut saya tuliskan disini. He is one of my guru.
November 2006, saya bertemu pertama kali dengan JN. Beliau salah seorang interviewer di kumpeni bunga matahari hijau ini. Sejujurnya, sampai saat ini saya tidak mengira bisa diterima bekerja disana. Mungkin semata-mata karena doa orang tua dan kekuatan cinta haha.
May muda yang cupu, datang interview dengan celana jeans dan sepatu naik gunung. Lucunya, kelak saya baru tahu mungkin karena sepatu gunung inilah saya bisa diterima. JN bercerita dia impressed dengan kenekatan (atau kecuekan ?) saya yang datang interview dengan sepatu gunung dekil.
Saat itu saya memang datang ke Jakarta untuk interview, tapi saya memang tidak punya baju dan sepatu kantoran. Dress code kami di kantor Balikpapan memang sangat – sangat santai, bahkan boss saya dulu sering datang ke kantor hanya memakai celana pendek, kaos dan sandal. Jadi wajar saja kalau saya hanya punya jeans dan sepatu gunung. Sebetulnya saya sempat meminjam sepatu kantoran ke calon mertua tapi akhirnya tidak jadi saya pakai karena merasa tidak sesuai dengan kepribadian saya.
Singkat cerita, saya diterima bekerja dan pindah ke Jakarta. Kalau Balikpapan adalah tempat saya dibina menjadi manusia dewasa, maka Jakarta adalah ujian kedewasaan itu sendiri. Kalau kata anak muda sekarang, susah booo !
3 tahun pertama di kumpeni ini saya bekerja dengan JN, dia adalah mentor saya, my guru. Sebagai expat, salah satu tugas beliau tentunya membimbing para junior. Lagi – lagi mungkin karena doa orang tua saya bisa bertahan bersama beliau. He was so mean ! ok mungkin bukan mean tapi very strict.
Tahun pertama saya bekerja kami mengerjakan satu project yang ternyata sangat-sangat penting (saat itu saya clueless tidak mengira itu sangat penting). Hampir setiap hari saya pulang kantor pukul 8 atau 9 malam, bahkan pernah pukul 2 atau 3 dini hari. Untungnya kost-an hanya di belakang kantor saja, bisa jalan kaki.
Sampai suatu hari datanglah reviewer dari HQ yang akan mereview pekerjaan kami, lagi – lagi saat itu saya betul-betul clueless dan mengira apa yang saya kerjakan hanya biasa-biasa saja. JN menyuruh saya untuk presentasi, sharing tentang project yang kami kerjakan. Sangat mengejutkan, saya-saya tidak mengira JN akan menyuruh saya presentasi. Alhamdulillah semua lancar dan sejujurnya saat itu saya sangat happy, mendapat kesempatan dan sekaligus tanggung jawab. Padahal bisa saja JN yang presentasi kan, pasti akan jauh lebih baik daripada saya.
Sejak kejadian itu saya pikir ternyata JN itu ok juga, walaupun “jahat” dia berniat baik haha, dan yang paling penting dia percaya dengan saya. Untuk kebanyakan orang dia memang ngeselin, betul juga sih, tapi lebih banyak baiknya.
Waktu hamil, saya pernah menghabiskan waktu berbulan-berbulan bersama beliau di core lab, deskripsi core. Dan seperti biasa, he was so mean dan super strict. Semua teman saya mengingatkan saya untuk bersabar biar nanti anak yang lahir tidak seperti JN !
Sekarang saya mungkin bisa tertawa-tawa sendiri mengingat kejadian dulu, tapi sejujurnya dulu itu mengerikan banget. Tapi saya sadari juga di luar urusan pekerjaan he is a good person, buktinya kami bisa menjadi teman baik kan.
Senang sekali ketika bertemu kemarin, pertanyaan pertama dari JN adalah : How are you ? How’s your family ? Is Helmy still taking picture ? How’s your girl ? Pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya harapkan dari seorang senior yang lama tidak bertemu.
Kemarin, saya mengenalkan JN dengan teman satu tim saya sebagai my guru, tapi dia selalu meralat : no, we were working together.
One day, few months ago he said : I still feel bad for the hard time I gave you one day back in Jakarta. LOL, now I think it was a bit funny, but thanks to you, I feel very lucky to have you as my guru and friend.
Thanks JN, nice to meet you again.
Pingback: A Letter to Myself - sereleaungu
Pingback: Tips Menghadapi Interview Kerja - sereleaungu
Pingback: Panci Favorit Kesayangan - sereleaungu