Beberapa hari belakangan ini topik hangat di lingkungan pertemanan saya adalah : sudah bulan November lagi, tidak terasa, sebentar lagi 2022 !. Time flies, super fast. Memang tidak terasa ya.
Di akhir tahun biasanya kebanyakan orang mempunyai ritual masing-masing, ada yang membuat resolusi, catatan akhir tahun, atau yang difasilitasi sosial media seperti best nine di Instagram. Yang terakhir ini menjadi favorit saya, seru juga melihat apa saja yang saya lakukan selama satu tahun terakhir.
Dulu saya suka menuliskan resolusi awal tahun, tapi sejak 14 tahun yang lalu saya tidak pernah lagi menuliskannya. Resolusi terakhir saya tuliskan di tahun 2007, catatan singkat mengenai hal – hal yang saya rencanakan di tahun 2008. Setelah saya baca lagi ternyata sebagian besar resolusi tercapai, alhamdulillah. Walaupun ada satu resolusi mengenai back to school yang baru bisa diwujudkan tahun ini.
Saya tidak tahu alasan kenapa saya tidak menuliskan lagi resolusi-resolusi awal tahun, padahal di tahun 2007 saya pernah menulis seperti ini : “But I suggest you to make your own resolution. For me it’s very useful to learn about my self and to find out what we need to do.” Pernyataan yang masih relevan sampai saat ini, menuliskan resolusi sebetulnya sangat berguna, kesempatan untuk berhenti sejenak, meluangkan waktu untuk merencanakan perjalanan kita di tahun yang baru. Orang bijak bilang tuliskanlah mimpi-mimpi kita, menuliskannya membuat kita akan terus ingat dan berusaha mewujudkannya.
"If you don't write your dream down, it's lost after just a few minutes. But if you write it down, you are working this unconsciousness muscle and eventually you will be better and better at remembering more and more sequences." —Steven Aitchison
Tetapi, Tantangan Mamah Gajah Ngeblog di bulan November membuat saya berfikir bahwa sebaiknya ada hal lain yang kita lakukan sebelum membuat resolusi awal tahun. MGN mengajak para Mamah lagi – lagi untuk berhenti sejenak, refleksi diri dan menengok kembali perjalanan di tahun 2021. Tentunya hanya kita sendiri yang tahu, naik turun, susah senang pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil, ada hikmah yang bisa kita bagikan dan pastinya anugrah yang patut kita syukuri.
Bukan hanya itu, seperti yang Pramoedya Ananta Toer bilang, menulis adalah bekerja untuk keabadian, saya ingin menuliskan catatan ini sebagai pengingat. Catatan 2021 ini akan menjadi bekal berharga sebelum memasuki tahun yang baru, landasan menulis resolusi tahun 2022 dan pastinya suatu saat bisa saya baca kembali.
Kaleidoskop 2021
Januari, tidak banyak hal terjadi di awal tahun 2021. Saat itu kami masih bekerja dan sekolah dari rumah, bahkan karena MCO di Malaysia, (movement control order alias lockdown) pergerakan sangat terbatas. Bulan ini kami disibukkan dengan urusan pindah rumah dan packing, bedanya saya meluangkan waktu untuk melakukan spring cleaning. Baju-baju, sepatu, dan banyak barang yang sudah tidak terpakai kami donasikan. Tapi tetap saja proses pindah rumah sangat melelahkan ya. Semoga tidak perlu pindah rumah lagi sampai Cici lulus high school. Hari kepindahan kami ke rumah baru bertepatan dengan 6 tahun meninggalnya Mami, ibu kandung saya. Rasa-rasanya grieving process saya berakhir disini, saya bisa menuliskan kenangan tentang Mami dan ternyata sangat melegakan. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Allahummagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu, sampai kita bertemu lagi ya Mi.
Februari, kesibukan di rumah baru. Lagi-lagi kami menyatakan kapok pindah rumah. Karena MCO saya tidak bisa meminta bantuan dari Mba cleaner yang kadang – kadang saya panggil ke rumah. Akhirnya semua kami kerjakan bertiga, seru walaupun cape banget pastinya. Setelah 7 tahun tinggal di apartemen di tengah kota akhirnya kami kembali menginjak tanah. Rumah baru kami terletak di pinggiran Kuala Lumpur, sangat dekat dengan sekolah Cici, sekarang Cici bisa berjalan kaki ke sekolah. Cluster perumahan kecil yang terletak di atas bukit di tengah hutan. Menyenangkan juga berjalan kaki di pagi hari, walaupun jalannya naik turun, banyak anjing dan kadang-kadang ada ular. Alhamdulillah, semoga rumah baru ini membawa kebaikan untuk kami sekeluarga.
Maret – Juli, craziest months ever. Selama belasan tahun bekerja mungkin ini adalah periode paling menantang yang pernah saya alami. Kebetulan saya diberi amanah mengerjakan 7 projects dalam waktu bersamaan. Timeline yang berdekatan sukses membuat saya hanya tidur 2-3 jam saja setiap malam. Lelah fisik dan mental, dan hampir setiap hari team mate bahkan boss saya menanyakan apakah saya baik-baik saja. Beberapa orang mengingatkan saya untuk beristirahat, life and work balance, tapi lalu nagih kerjaan LOL. Yah begitulah, alhamdulillah semua berakhir dengan baik walaupun belum selesai semua sampai sekarang.
Di tengah kesibukan itu tiba-tiba saya harus mengikuti training. Sebetulnya training yang sangat bagus dan saya menyukainya, kesempatan langka untuk bisa mengikuti training ini. Tetapi waktunya itu lho kurang pas. Selama 1.5 bulan dari pertengahan Mei sampai akhir Juni saya mengikuti training di pagi dan siang hari dan malam harinya bekerja atau mengerjakan tugas training. Akhir pekan pun sama, bekerja, mengerjakan tugas training, repeat. Sudah cape bacanya belum Mah ? Saya menuliskannya saja jadi terasa cape lagi haha. Lagi – lagi alhamdulillah Allah selalu menjaga saya, dengan pola hidup yang sangat tidak sehat itu saya masih baik – baik saja. Walaupun ada satu akhir pekan saya hanya bisa berbaring di tempat tidur karena tekanan darah yang sangat rendah, hanya 40-60 saja ! Ajaibnya pagi hari Senin tiba-tiba saya sehat dan bisa bekerja kembali.
Selama periode ini juga situasi di luar rumah bertambah mengerikan, tentunya karena si Covid. Setiap hari ada saja berita duka cita. Hingga pertengahan Juli saya mendapat kabar bahwa senior saya, teman baik saya, Mba Festarina dan suami beliau meninggal dunia karena terpapar Covid. Sangat terkejut, sebelum Lebaran saya sempat “ngobrol” via WhatsApp dengan Mba Rina, dan terakhir beliau berpesan agar saya selalu berhati-hati. Tidak menyangka kalau beliau akhirnya terpapar juga. Tidak terbayangkan hancurnya hati kedua putri beliau, semoga Allah menjaga mereka. Selamat jalan Mba Rina dan Mas Is, dan saat itu saya merasa tahun 2021 memang tahun yang sulit, the years of living dangerously.
Tapi ternyata, di bulan Juli, dalam kondisi over pressure saya menjadi sangat produktif. Saya bergabung dengan komunitas Mamah Gajah Ngeblog yang membuat saya rajin menulis lagi, di bulan Juli ada 7 tulisan baru lho di blog ini. Selain itu, akhirnya saya mewujudkan mimpi saya sejak bertahun-tahun yang lalu untuk melanjutkan kuliah. Pertimbangannya sederhana saja, karena Covid kelas dilakukan secara online, tentunya sangat memudahkan untuk saya. Saya tidak ingin menyesal lagi, avoid the regret of not doing seperti yang saya tuliskan di sini. Walaupun terlambat belasan tahun akhirnya cita-cita saya tercapai juga, kuliah S2 di luar negri.
Agustus, saya harus mengikuti assesment yang sejujurnya saya malas sekali, tapi demi naik gaji baiklah kita lakukan haha. Alhamdulillah, akhirnya lulus juga. Belum naik gaji juga sih, semoga secepatnya ya. Mohon bantu aminkan ya Mah.
September, badai di tempat kerja mulai berlalu, slowing down, walaupun masih banyak yang harus dikerjakan tapi siklus tidur saya sudah cukup membaik. Belum ideal tapi saya memaksa diri untuk tidak bekerja setiap malam. Saya mulai berjalan kaki lagi di pagi hari atau di sore hari sambil menunggu Cici training berenang. Perlahan peraturan MCO mulai relax, setelah berbulan-bulan tidak kemana-mana akhirnya bisa main lagi ke KL, makan nasi padang di Chow Kit saja sudah cukup membuat kami bahagia.
Oktober, setelah berbulan-bulan Pomaci Kitchen hibernasi, akhirnya kami menerima pesanan lagi, Gudeg Yu May. Seperti biasa masak Gudeg itu cape luar biasa, tapi senang membaca komentar teman-teman yang bahagia. Sekarang sih masih kapok, tapi nanti kapan-kapan kita masak Gudeg lagi ya. Di bulan ini juga saya mengiyakan permintaan teman yang meminta saya menjadi pembicara di dua event online. Event pertama untuk teman-teman di Kuala Lumpur, saya berbagi cerita tentang pengalaman keluarga kami mengajak Cici untuk bertualang dan melakukan perjalanan. Di luar dugaan sambutan teman-teman sangat menyenangkan. Dari obrolan ini terlahir-lah kelompok baru, IA-ITB MY Family Hiking.
Event kedua, saya menjadi pembicara untuk event technical untuk mahasiswa di Indonesia. Yang ini sejujurnya saya cukup nervous, berbicara di depan mahasiswa, camera on, dan bahasa Indonesia. Bukan karena saya tidak mau berbicara Bahasa Indonesia, tapi ini pertama kalinya setelah sekian lama saya harus berbicara secara formal di depan banyak orang. Seperti yang saya duga, presentasi saya acak-acakan haha, slide Bahasa Inggris, berbicara Bahasa Indonesia dan ternyata sangat susah mencari padanan istilah-istilah teknik dalam Bahasa Indonesia. Tetapi sepertinya mahasiswa-mahasiswi cukup antusias, banyak pertanyaan yang disampaikan, dan itu membuat saya senang. InshaAllah bulan Desember nanti saya juga akan menjadi pembicara untuk event lain untuk mahasiswa di Indonesia.
Ternyata banyak juga yang terjadi di tahun ini, walaupun tidak kemana-mana (traveling) tapi alhamdulillah kami sekeluarga sehat dan baik-baik saja, itu paling penting kan.
Pelajaran Hidup
Tahun 2021 yang sempat saya pikir mengerikan ternyata mengajarkan saya banyak hal, saya coba tuliskan disini ya.
Bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh untuk segala sesuatu, InshaAllah yang lainnya akan mengikuti
Ini sepertinya akan jadi mantra yang akan saya terus ingat dan saya bagikan dengan teman-teman. Terkadang kita melakukan sesuatu karena ada maunya, ingin naik gaji (seperti yang saya bilang di atas), promosi jabatan, dapat uang atau alasan lainnya. Tentunya itu bukan sesuatu yang salah, tapi alangkah baiknya kalau kita luruskan niat, bagi umat muslim mungkin semata-mata mencari ridha Allah, yang lebih luasnya untuk menolong orang lain, membuat diri kita berguna untuk orang lain. Bekerja lah sungguh-sungguh, kalau naik gaji lalu jadi boss anggaplah bonus.
Buka diri, perluas zona nyaman
Tahun ini juga saya menemukan hal baru. Kalau dulu mungkin kita terbiasa dengan istilah keluar dari comfort zone, sekarang saya lebih menyukai istilah expanding our comfort zone. Saya yang introvert, tidak suka berbicara di depan umum mulai memberanikan diri untuk tampil ke depan. Kalau dulu zona nyaman saya hanya di belakang layar, sekarang saya ingin memperluasnya. Lagi-lagi terkait dengan poin no 1, luruskan niat dulu ya. Ternyata pengalaman saya yang sedikit ini bisa juga membantu orang lain, senang sekali mendengar komentar teman-teman mahasiswa dalam forum tersebut.
Positive attitude is seeing the glass half full
Rasa-rasanya lagi baru tahun ini juga saya memahami istilah glass half full dan mengaminkan-nya. Salah satu hal negatif tentang anak lulusan cap gajah yang saya amati, kebanyakan dari kami ini sok tahu, susah diomongin, ga mudah percaya, saya banget-lah. Entah dapat angin dari mana, saya memutuskan untuk sedikit berubah, membuka diri dan belajar mendengarkan. Surprisingly, saya mendapat banyak manfaat. Di tempat kuliah, saya menjadi mahasiswa paling senior, bahkan dosen-nya pun lebih muda dari saya. Tapi saya memutuskan untuk melupakan sejenak semua pengalaman yang saya punya dan memulai kembali dari nol. Ternyata menguntungkan lho Mah, sikap ini membantu saya belajar lebih baik. Ada hal-hal kecil yang dulu saya tidak mengerti, sekarang lebih saya pahami. Mungkin kalau saya datang di ruang kelas sebagai mahasiswa dengan belasan tahun pengalaman bekerja saya tidak akan mendapatkan banyak manfaat dari kuliah ini.
Penutup
2021 terimakasih, susah-senang pastinya ada alasan baik disana. Ada juga saat-saat saya berada di titik terendah, ketika saya berandai-andai kalau saja dulu saya melakukan ini mungkin kondisi sekarang tidak akan terjadi.
Tapi segala sesuatu pasti ada hikmahnya, everything happens for a reason. Tugas kita sebagai manusia adalah berusaha tapi pada akhirnya juga harus yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita. InshaAllah.
"I got on the wrong train, and that very train brought me here. It brought me to the place I've yearned to come every morning and night. It brought me to my destination." —Captain Ri, Episode 16
Pingback: 2022 Year Recap - sereleaungu