Berbicara tentang India, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu kereta api. Para penggemar film India pasti tahu, ada banyak sekali scene yang mengambil tempat di stasiun kereta api atau bahkan di dalam kereta api itu sendiri. Seperti iconic scene film Kuch Kuch Hota Hai, ketika Rahul berlari ke stasiun kereta api, berusaha mengejar Anjali yang akan kembali ke rumah orang tua-nya. Sayangnya Rahul terlambat, ia hanya bisa memandang kereta api yang membawa pergi Anjali, leave for good.
Salah satu film favorit saya – The Darjeeling Limited bercerita mengenai perjalanan spiritual tiga bersaudara di India dengan menaiki kereta mewah. Walaupun rute perjalanan tersebut hanya fiktif, di kehidupan nyata ada jalur kereta api mewah The Maharajas Express. Sesuai namanya, kereta ini menawarkan perjalanan mewah ala raja-raja. Dimulai dari New Delhi/Mumbai, para penumpang akan diajak mengunjungi beberapa kota di India selama 8 hari 7 malam. Bukan hanya naik kereta tapi juga ada kesempatan menonton gajah bermain polo hingga bermain pasir di sand dunes Rajashtan.
India memang identik dengan kereta api. Indian Railways – perusahaan pengelola kereta api India, adalah salah satu perusahaan terbesar dan tersibuk di dunia. Dikutip dari Wikipedia, dalam periode April 2019 – Maret 2020 kereta api di India mengangkut 8.09 miliar penumpang dan 1.2 miliar ton kargo. Atau sekitar 100,000 penumpang setiap harinya yang menjangkau 7,325 stasiun di India. Jumlah yang luar biasa banyaknya kalau dibandingkan dengan Indonesia yang memiliki 634 stasiun saja. Sebanding dengan jumlah penduduk dan luas wilayah India.
Selain kereta penumpang biasa dan kereta penumpang super mewah, Indian Railways juga memiliki Railway Heritage Tour yang termasuk ke dalam UNESCO World Heritage Sites. Ada tiga jalur kereta api yang disebut Mountain Railways of India, sesuai namanya, jalur kereta api ini menjangkau daerah pegunungan – pegunungan India : Darjeeling Himalayan di West Bengal, Nilgiri Mountain di Tamil Nadu dan Kalka Shimla di Himachal Pradesh.
Sejak membaca mengenai railway heritage ini , saya bercita – cita suatu hari nanti ingin ke India dan merasakan sendiri naik kereta api kuno – toy train membelah pegunungan Himalaya.
Kesempatan itu akhirnya datang di bulan Januari 2021, kami sekeluarga berlibur ke India dan kami sepakat memasukkan railway heritage Kalka-Shimla ke dalam itinerary perjalanan.
Railway Heritage Kalka – Shimla
Dimanakah Kalka dan Shimla itu ? India memang luar biasa besar, Kalka dan Shimla, keduanya adalah kota kecil di India bagian utara. Kalka termasuk ke negara bagian Haryana, sedangkan Shimla bagian dari Himachal Pradesh.
Jalur kereta api Kalka-Shimla dibangun pada tahun 1898 untuk menghubungkan Shimla dengan jaringan kereta api India yang sudah ada. Saat itu India berada di bawah penjajahan Inggris dan Shimla adalah ibukota India di musim panas, istilah populernya : the British Summer Capital.
Kenapa harus repot-repot pindah sementara ke Shimla ? karena ibukota India saat itu – Calcutta, di musim panas luar biasa panasnya, lembab dan sering hujan. Sampai-sampai ada istilah very wet summer and dry winter.
Sedangkan Shimla yang terletak di pegunungan Himachal Pradesh, di ketinggian 2276 m dpl, bersuhu sejuk di musim panas. Ngga heran kan kalau para pejabat Inggris saat itu memilih ngadem di Shimla setiap April – Oktober setiap tahunnya. Mungkin seperti noni-noni Belanda yang memilih mengungsi ke Buitenzorg dari Batavia.
Jalur kereta Kalka-Shimla hanya 96 km saja, tetapi memerlukan waktu 5 tahun untuk membangunnya karena topografi yang bebukit-bukit dan perbedaan ketinggian hingga 1500 m. Disebut sebagai the most brilliant engineering work pada masanya dengan membangun 107 terowongan dan 864 jembatan. Mengagumkan ya. Lebih dari 100 tahun yang lalu ketika teknologi konstruksi belum secanggih saat ini, tanpa GPS ataupun peralatan canggih lainnya, para insinyur Inggris dibantu penduduk lokal berhasil membelah gunung-gunung untuk membangun jalur kereta api ini.
Perjalanan Kalka – Shimla
Kami tiba di Kalka satu hari sebelum jadwal keberangkatan ke Shimla. Sebelumnya kami datang dari Bikaner, Rajashtan. Perjalanan 15 jam dengan menggunakan kereta api kelas ekonomi menempuh jarak 650 km. Ini juga perjalanan yang seru, lain kali saya tuliskan ceritanya ya.
Satu hari di Kalka kami gunakan untuk beristirahat, kami sempatkan juga berkunjung ke Chandigarh, ibukota negara bagian Haryana yang dikenal sebagai kota IT India.
Sebelumnya kami sudah membeli tiket kereta api Kalka-Shimla secara online melalui website IRCTC. Di luar dugaan prosesnya sangat mudah, pembayaran kami lalukan dengan kartu kredit dan tiket dikirim melalui email. Ada 4 jadwal kereta dari Kalka ke Shimla, kami memilih Shivalix Deluxe Special, kereta turis yang berangkat dari Kalka pukul 5:45 pagi, dengan harapan kami bisa melihat sunrise di perjalanan dan tiba di Shimla sebelum makan siang. Harga tiket per orang 550 Rupee atau sekitar 100 ribu rupiah.
Sebetulnya ada kereta lain yang lebih menarik, yaitu Shimla Rail Motor Special yang menggunakan gerbong asli dari kereta Kalka-Shimla jaman dulu, sayangnya kereta ini tidak beroperasi di saat musim dingin. Selain kereta turis ada juga kereta penumpang biasa, sebetulnya ini menarik juga lho, bisa merasakan suasana asli, sebagai penduduk lokal, bukan sebagai turis. Sayangnya jadwal keretanya kurang pas, karena baru berangkat siang hari dari Kalka.
Hari masih gelap ketika kami meninggalkan hotel dan berjalan kaki menuju stasiun. Stasiun Kalka cukup besar, arsitektur dan suasana pagi mengingatkan saya dengan Stasiun Bandung. Bedanya disana tidak ada yang pedagang gorengan atau kupat tahu untuk sarapan haha. Tapi ada kantin stasiun yang sudah buka, tentunya mereka berjualan paratha dan teman-temannya.
Kalau kita perhatikan gambar di atas, arsitekturnya mirip sekali dengan stasiun kereta api di Indonesia kan. Pintu – pintu kayu tinggi yang melengkung khas arsitektur jaman kolonial. Tetapi ada plang putih-biru bertuliskan nama stasiun yang mengingatkan saya dengan tube station di London, unik sekali.
Kami bertiga hanya membawa backpack, jadi cukup mudah berpindah – pindah karena tidak ada bagasi. Stasiun Kalka di pagi hari cukup sibuk, ada beberapa kereta jarak jauh yang baru datang. Penumpang turun naik, keluarga datang mengantar dan menjemput.
Cukup mudah menemukan gerbong kereta kami ke Shimla, di luar dugaan juga ternyata kereta berangkat tepat waktu, untung kami tidak kesiangan. Nampak beberapa calon penumpang datang terlambat dan berusaha berlari mengejar kereta, mirip di film-film.
Total ada 4 gerbong kereta, yang masing-masing hanya di isi 18 penumpang saja, gerbong sederhana kecil mungil. Tempat duduk di gerbong kami semua terisi penuh. Kebanyakan orang India juga, tapi sepertinya mereka juga turis atau datang dari kota besar seperti New Delhi atau Mumbai. Karena mereka kebanyakan berbahasa Inggris di antara mereka, bukan berbahasa Hindi.
Perjalanan dimulai, kami meninggalkan Kalka sambil menikmati segelas teh hangat dan biskuit yang dibagikan pramugara kereta. Ternyata harga tiket kami sudah termasuk snack dan sarapan pagi, cukup lumayan mengingat kami tidak sempat sarapan.
Perlahan-lahan matahari mulai muncul, saya memilih duduk di dekat jendela dan kurang dari satu jam saja saya sepakat dengan komentar di luar sana yang menyebut jalur kereta Kalka-Shimla sebagai the most scenic train journey di India. Cantik luar biasa, kereta kami bergerak perlahan mendaki gunung, hutan pinus di kiri dan kanan, jembatan – jembatan tua yang cantik, stasiun-stasiun kereta api kecil, rumah- rumah tua, terowongan panjang, semua sukses menghipnotis saya sepanjang perjalanan.
Di dalam kereta ternyata tidak ada penghangat, bulan Januari di India Utara sangat dingin, kami sudah memakai jaket sejak dari Kalka. Beruntung hujan mulai turun, di dalam kereta mulai terasa hangat dan pemandangan di luar jendela bertambah cantik. Total ada 18 stasiun di antara Kalka dan Shimla, tapi kereta kami hanya akan berhenti di km 43, di Barog.
Ada satu hal menarik yang saya perhatikan, di tengah musim dingin dan hujan di pagi hari, dedikasi para kepala stasiun saya kagumi. Mereka tetap setia menunaikan tugas, berdiri di halaman stasiun menyambut kedatangan kereta kami.
Menjelang pukul 8 pagi kami tiba di Barog. Kereta berhenti sebentar, memberi kesempatan untuk toilet break dan berjalan – jalan di stasiun cantik ini.
Ada cerita istimewa dibalik cantiknya stasiun kereta api ini. Sebelum sampai di Barog kami melalui terowongan, Tunnel 33 yang merupakan terowongan terpanjang di jalur Kalka – Shimla. Konon, stasiun dan terowongan ini berhantu, hantunya Colonel Barog.
Pada tahun 1898, Colonel Barog yang merupakan seorang insinyur Inggris diberi tugas untuk membangun jalur kereta di area ini. Perhitungan detil tentu saja dilakukan oleh beliau, dua tim bekerja untuk menggali terowongan dari arah yang berbeda. Sayangnya ada kesalahan perhitungan yang mengakibatkan kedua tim penggali tidak bertemu di tengah. Sang kolonel akhirnya dipecat dari pekerjaannya, diharuskan membayar denda dan tentunya menanggung malu. Hingga suatu hari Barog memilih bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri. Beliau dimakamkan di dekat terowongan yang tidak selesai. Tapi tidak usah risau Mah, konon hantunya Colonel Barog ini baik dan tidak pernah mengganggu.
Selepas Barog suhu bertambah dingin, kami sudah mendekati Shimla yang ketinggiannya hampir sama dengan Dataran Dieng. Di luar jendela masih ada pemandangan cantik yang sama, sarapan pagi mulai dibagikan, waktu yang tepat untuk makan memang.
Mendekati Shimla kami mulai bisa melihat rumah – rumah di kejauhan. Kota Shimla dibangun tepat di atas bukit, rumah – rumah istirahat yang umumnya dikunjungi di musim panas saja. Jarang sekali turis berkunjung ke Shimla di musim dingin, suhunya memang luar biasa dingin dan bersalju. Lapisan jaket tambahan kami pakai sebelum turun kereta, di luar nampak orang – orang berselimut tebal, memakai balacklava atau penutup kepala.
Penutup
Tuntas sudah perjalanan kami kali ini, 5 jam yang menyenangkan dari Kalka ke Shimla. Perjalanan menembus waktu, seolah – olah kami kembali ke masa lampau ketika the British dan keluarga raja-raja India berlibur ke Shimla.
Saya sangat kagum dengan manajemen kereta api di India, ternyata sangat bagus. Gerbong kereta tua tapi terawat dan bersih, jadwal yang tepat waktu, harga yang bersahabat. Terimakasih India.
Semoga suatu hari di Indonesia akan lebih banyak jalur – jalur heritage yang dibuka untuk pariwisata. Tentunya dengan harga yang bersahabat dan akses yang lebih mudah. Banyak sekali potensi wisata Indonesia yang bisa dikembangkan, pelan – pelan kita menuju kesana ya.
Baca juga – Happines is A Cup Full of Tea
Pingback: Mengunjungi 3 Idiots Shooting Points di North India - sereleaungu