[DIY BACKPACKING] PHILLIPINES

Libur Chinese New Year tahun 2018 kami berkesempatan mengunjungi Filipina yang walaupun underrated, ternyata sangat menarik. Seperti Indonesia, Filipina adalah negara kepulauan, diperlukan waktu yang lama untuk mengunjunginya dari ujung utara ke selatan. Untuk kunjungan yang singkat sebaiknya memang fokus di satu pulau saja, dan kali ini kami memilih Luzon, pulau terbesar di Filipina. Walaupun sebenarnya Luzon bukan main tourism destinations, ada Boracay, Palawan atau Cebu yang lebih terkenal.

Luzon kami pilih semata-mata karena tiket pesawatnya paling murah haha. Seperti biasa di musim liburan, tiket pesawat relatif lebih mahal. Seperti trip CNY 2017 ketika kami akhirnya memilih overland ke Thailand. Memanfaatkan Air Asia point redemption, harga tiket kami untuk return ticket KL-Manila hanya 40 RM saja, atau sekitar 50 ribu rupiah saja seorang. Terimakasih Air Asia !

Nilai lebihnya, kami berkesempatan juga mengunjungi Manila, ibukota Filipina yang terletak di Luzon. Penasaran juga ingin tahu bagaimana wajah ibukota negara yang satu ini.

Satu hal yang berbeda, trip Filipina ini adalah #noitinerary dan impulsive trip, yang sebetulnya karena saya tidak sempat melakukan riset. Awalnya kami ingin mendaki Gunung Pulag, gunung tertinggi di Pulau Luzon yang tingginya 2922 m dpl. Sayangnya diperlukan minimal 2 hari untuk mendaki gunung cantik ini, dan agak merepotkan karena kami harus membawa perlengkapan naik gunung yang berarti harus membeli bagasi pesawat.

Akhirnya kami memutuskan untuk ke Taal, pulau gunungapi yang bisa dikunjungi sehari saja dan tidak memerlukan perlengkapan naik gunung. Ini satu-satunya tempat yang kami putuskan untuk dikunjungi, sisanya let if flow.

2018 CNY Trip – Luzon Island, Phillipina

Day 1 – Kuala Lumpur to Manila

Pesawat kami dari KL ke Manila berangkat pukul 10 malam. Tidak ada perbedaan waktu antara KL dan Manila, kami tiba di Manila pagi hari pukul 2. Ternyata Ninoy Aquino International Airport sangat bagus dan modern. Sebelumnya saya sempat mencari tahu bagaimana cara menuju ke pusat kota, kalau malam hari ada dua pilihan : naik taksi atau bis bandara. Kami memutuskan naik bis bandara yang ternyata kesalahan besar, setelah membeli tiket bis saya baru sadar kalau harga taksi hanya setengahnya dari harga bis bandara untuk 3 orang.

Ninoy Aquino International Airport, Manila

Kami turun di tujuan akhir bis bandara di terminal bis Pasay City, Barangay. Salah satu terminal bis antar kota untuk perjalanan ke arah utara. Kami membeli tiket bis keberangkatan paling pertama yang akan menuju Baguio, pukul 4 pagi. Terminal bis Pasay sangat sederhana tapi bersih dan rapih, bis kami pun berangkat tepat waktu, kagum juga nih sama Filipina.

Jarak dari Manila ke Baguio sekitar 250 km, kurang lebih Bandung – Purwokerto ya. Menurut Mba penjual tiket, bis akan tiba di Baguio pukul 10-11 pagi, baiklah waktu yang lama ini kami gunakan untuk tidur dan beristirahat.

Day 2 – Baguio

Kami tiba di Baguio pukul 11 pagi. Keluar bis langsung enak banget karena adem. Baguio memang kota pegunungan yang terletak di ketinggian 1400 meter, dikenal sebagai tempat liburan-nya orang Manila, sekaligus summer capital Filipina.

Baguio mengingatkan saya dengan Bandung karena konturnya yang berbukit-bukit. Dimana-mana banyak pohon pinus, tak heran Baguio disebut juga City of Pines. Bedanya dengan Bandung, disini tidak angkot, tapi ada Jeepney yang cantik berwarna-warni.

Jeepney Baguio

Hari pertama ini kami jalan-jalan saja di Baguio City yang ternyata kalau malam hari ada pasar malam, dan bolak-balik naik Jeepney yang seru banget.

Day 3 – Baguio to Olongapo

Pagi-pagi kami sudah keluar hotel dan naik Jeepney lagi, tujuan pagi ini adalah La Trinidad Strawberry Farm, Benguet, sekitar 30 menit dari Baguio. La Trinidad memang dikenal sebagai tempat wisata petik strawberry seperti di Lembang atau Ciwidey haha.

Sejujurnya saya sempat underestimated tempat ini, tapi ternyata bagus sekali. Masuk ke dalam kebun tidak dipungut biaya dan kebunnya ternyata sangat luas. Tanah lapang besar sekali yang dibagi menjadi kavling-kavling kecil yang dimiliki petani. Jadi nanti kita bisa memilih mau memetik strawberry di kebun yang mana, membeli keranjang bambu sesuai ukuran yang disukai dan memetik sepuasnya. Makan di tempat gratis, tapi yang boleh dibawa pulang hanya yang di dalam keranjang bambu ya. Strawberry-nya besar-besar dan sangat manis.

Dalam perjalanan pulang ke Baguio, kami sempatkan mengunjungi The Valley of Colors yang disebut-sebut sebagai Cinque Terre-nya Filipina. Rumah-rumah dicat berwarna-warni yang sejenak mengingatkan saya dengan Sekeloa minus tukang pempek.

The Valley of Colors, Benguet

Kembali ke hotel, kami check out dan kembali ke terminal bis. Kami hari ini akan menuju Olongapo, kota di tepi pantai sebelah barat pulau Luzon. Tujuan utamanya adalah mengunjungi Ocean Adventure di Subic.

Jarak Baguio ke Olongapo sebetulnya hanya 200 an km saja, tapi entah mengapa saat itu sepertinya bis berputar-putar mengambil rute yang lebih jauh. Kami tiba di Olongapo jam 10 malam atau 8 jam perjalanan dari Baguio. Untungnya, Victoria Liner, bis yang kami tumpangi ini cukup ok, ada WIFI dan juga TV. Serunya, TV mereka memutar film-film horror Thailand, asik juga nonton film satu bis rame-rame

Day 4 – Ocean Adventure Subic

Cici’s day out, satu hari kami habiskan di Ocean Adventure Subic yang ternyata luar biasa bagus dan seru. Ocean Adventure ini open marine theme park, dan konon yang pertama kali dibuka di Southeast Asia.

Ocean Adventure ini berbeda dengan theme park kebanyakan karena pendirinya adalah environmentalists dan conservationists, jadi tujuan utamanya adalah konservasi terutama untuk menjaga dan melindungi laut dan habitatnya.

Salah satu show di Ocean Adventure : Sentinels of the Sea – Ocean Adventure, Subic Bay

Cici sepertinya sangat happy, berkesempatan berenang dengan sea lions, melihat dolphin shows, aquarium dan juga shark. Pulang dari sini tiba-tiba Cici pengen jadi Marine Biologist biar bisa berenang dengan dolphin setiap hari katanya haha..

Day 5 – El Kabayo Horse Riding Subic, Subic Bay Shopping – Free Tax Zone, bus to Tagaytay

Lagi – lagi Cici’s day out, pagi harinya kami mengunjungi El Kabayo Stables di Subic. Cici sempat belajar naik kuda dan kami pun sempat ikut trip naik kuda ke air terjun. Seru dan stables ini seriusan bagus, bersih dan sangat terawat. Sama seperti Ocean Adventure, El Kabayo juga didirikan dengan tujuan konservasi. Saat ini dikelola oleh sebuah NGO, Wildlife in Need yang spesialisasinya memang di animal care and welfare. Semua pemasukan dari El Kabayo digunakan untuk perawatan kuda dan stables, ngga heran kalau kuda-kuda disini nampak sehat dan terawat. Selain itu, El Kabayo sangat-sangat fotogenic, cakep banget deh.

Horse riding class di El Kabayo Stables, Subic

Setelah naik kuda kami sempat mengunjungi tempat shopping di Subic Bay yang disebut sebagai free tax zone alias duty free. Tempang shopping-nya tersebar di Subic Freeport, yang paling terkenal adalah Royal Subic Mall dan Freeport Exchange Mart. Kami hanya sempat mengunjungi beberapa tempat dan cukup terkagum-kagum dengan barang yang ada dan harga yang ditawarkan. Memang sangat murah. Kebanyakan barang dari Amerika, branded items sampai makanan-minuman khas Amerika. Filipina memang memiliki hubungan erat dengan Amerika. Dulu di jaman perang Vietnam, Subic ini pernah menjadi camp tentara Amerika.

Sayangnya sore itu kami harus meninggalkan Subic, ternyata banyak sekali tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi. Little did we know ternyata Subic ini sering dijadikan tempat triathlon race, bahkan triathlon di SEA GAMES 2019 juga diadakan disana. Mungkin suatu hari nanti ada kesempatan menemani Cici triathlon race di Subic.

Sekitar pukul 3 sore kami naik bis ke Manila. Tiba di Manila menjelang Maghrib dan kemudian menyambung bis ke Tagaytay. Tiba di Tagaytay pukul 11 malam dan naik tricycle ke hotel kami di Tagaytay Inn.

Day 6 – Tagaytay to Taal to Manila

Pagi – pagi, selepas sarapan kami naik tricycle ke Taal. Taal ini adalah pulau gunungapi yang terletak di tengah danau. Kurang lebih 30 menit perjalanan dari pusat kota Tagaytay, menuruni jalanan yang curam dan berkelok-kelok. Perjalanan menuju Taal mengingatkan saya dengan perjalanan ke Samosir.

Setibanya di tepi danau kita harus naik perahu jukung dulu untuk kemudian berjalan kaki ke kawah gunung berapi ini, puncak Gunung Taal. Berjalan-nya sebentar saja, 45 menit one way. Tapi saat itu kami memang sudah kesiangan, kami mulai berjalan kaki pukul 10 pagi ketika matahari sudah di atas. Panas sekali dan sangat berdebu karena jalur ke puncak sebagian besar adalah pasir. Tapi kelelahan itu terbayar ketika sampai di atas, pemandangan yang sangat cantik dan ada air kelapa paling enak sedunia.

Pulau gunungapi Taal, gunungapi aktif terkecil di dunia

Menjelang tengah hari kami kembali ke hotel dan naik bis menuju Manila. Malam itu kami menginap di hotel di sekitar Makati, business district Manila.

Day 7 – Manila to KL

Pagi hari kami gunakan untuk berenang di hotel dan kemudian jalan-jalan ke mall dekat hotel. Mall di Phillipina juga ternyata besar-besar dan bagus. Mirip seperti Jakarta atau Kuala Lumpur.

Finally the holiday is over dan kami kembali ke KL naik pesawat pukul 4 sore.

Penutup

Perjalanan ke Filipina yang tanpa ekspektasi apa-apa ternyata sangat seru dan menyenangkan. Selama disana tidak ada kendala bahasa, karena sama seperti di Malaysia, bahasa Inggris juga widely spoken di Filipina. Mulai dari supir Jeepney, tricycle, sampai Ibu penjual makanan halal di Baguio, semua lancar berbahasa Inggris.

Tapi lucunya, ini pertama kalinya orang tidak bisa menebak kami berasal dari mana. Kalau biasanya kami selalu dikira orang Malaysia, di sini tidak pernah sama sekali. Mereka selalu mengira kami orang Filipina dan selalu memulai pembicaraan dengan bahasa Tagalog.

Transportasi publik tersedia luas dan harganya cukup murah, tidak jauh beda dengan Indonesia atau Malaysia. Untuk berpindah-pindah kota kami menggunakan bis antar kota. Untuk transportasi dalam kota sepertinya kami sudah mencoba semua, di Manila kami menggunakan jasa grab, naik Jeepney di Baguio, taxi di Olongapo dan tricycle di Tagaytay.

menunggu bis di Tagaytay

Satu-satunya hal yang agak sulit adalah tentang makanan halal. Untungnya kami membawa kering tempe, gudeg kaleng, dan ready to eat food lainnya dari rumah, tinggal beli nasi putih yang harganya 10 peso saja. Selama 7 hari perjalanan hanya 3x kami menemukan restoran halal, warung kaki lima di Baguio, Indian Restaurant di Subic dan Arabic Restaurant di Manila.

A great back packing experience. Salamat po ! Thank you, it’s more fun in the Philippines.

Featured image : El Kabayo Stables, Subic

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *