[DIY Backpacking] SULAWESI

Masih dari seri #DIYBackpacking, kali ini tentang perjalanan kami ke Sulawesi di bulan Agustus 2019. Cita-cita mengunjungi kembali Sulawesi sebetulnya sudah lama, dari tahun 2013 ketika kami merencanakan naik Gunung Latimojong. Tapi sayangnya tahun 2013 ternyata menjadi tahun yang sangat sibuk, ketika saya berbulan-bulan harus bekerja di offshore dan ditutup dengan pindah ke KL hehe.

Alhamdulillah kesempatan itu datang di tahun 2019, setelah beberapa tahun hiatus naik gunungapi akhirnya kami bisa naik gunung lagi, atap Sulawesi, Gunung Latimojong. Setelah naik Tambora di tahun 2015 kami memang tidak pernah naik gunung yang berhari-hari lagi. Kami merasa Cici belum siap untuk naik gunung secara mandiri (tidak digendong), atau bangun tengah malam untuk summit attack. Walaupun kami sempat juga naik Gunung Batur dan Gunung Ijen, tapi perjalanan singkat saja, tidak sampai menginap.

Kami memindahkan ritual jalan-jalan ke Nepal dan India yang relatif lebih mudah untuk Cici. Lidar Valley, Annapurna Base Camp dan Lower Mustang trek yang tergolong mudah, tidak ada target mencapai puncak, perjalanan panjang tapi santai. Naik gunungapi, dan di Indonesia bukan hal yang mudah. Jalur pendakian yang sulit, fasilitas seadanya, dan banyak lagi hal lain yang membuat kami harus ekstra hati-hati.

Agustus 2019, Cici sudah berusia 10 tahun, sudah siap fisik dan mental. Bahkan untuk soal fisik rasa-rasanya Cici jauh lebih siap dari kami, orang tua pemalas yang jarang olahraga haha. Cici saat itu sudah berlatih olahraga secara rutin, berenang setiap hari dan latihan triathlon di hari Sabtu dan Minggu. Akhirnya kami bisa naik gunung lagi.

Anak kecil 10 tahun yang siap naik gunung secara mandiri, Agustus 2019

Seperti biasa karena banyak maunya, akhirnya trip Sulawesi ini jadi macam-macam, semua ada, alhamdulillah, mulai dari naik gunung, ketemu sahabat, wisata kuliner dan main ke pantai. Seperti yang saya tulis dua tahun yang lalu : if you are looking for an Indonesian destination rich in culture, amazing landscape, food galore, outdoor activities and last but not least extravagant marine life, beaches and sea, don’t miss Sulawesi !

Sulawesi Trip, Agustus 2019

Siapa tahu bisa menginspirasi, saya bagikan disini itinerary perjalanan kami di Sulawesi ya.

Day 1 : Kuala Lumpur Makassar, Cakke

Kami naik pesawat Air Asia dari Kuala Lumpur ke Makassar. Berangkat pukul 7 pagi dan tiba di Makassar pukul 10. Kami dijemput di bandara oleh Bang Rahmat, supir mobil yang mengantar kami jalan-jalan. Bang Rahmat ini kami kenal dari Valen, teman saya di Jakarta yang juga baru pulang dari Toraja. Ternyata beliau juga pendaki gunung, dan ketika mengetahui kami akan naik Latimojong eh langsung pengen ikut haha. Sayangnya Bang Rahmat sudah ada janji naik gunung juga dengan adik-adik kelasnya.

Come and Explore South Sulawesi

Dari bandara, Bang Rahmat mengantar kami ke Maros untuk mengunjungi Desa Rammang-Rammang dan Air Terjun Bantimurung. Di luar dugaan, Rammang-Rammang ternyata cantik sekali, sekarang sudah tertata baik dan menjadi desa ekowisata. Sayang sekali kami hanya sebentar di sana, hanya sempat naik perahu, jalan-jalan berkeliling desa dan minum kopi dan es kelapa di atas bukit. Mudah-mudahan ada kesempatan lagi berkunjung ke Rammang-Rammang dan menginap disana.

Setelah Rammang-Rammang kami mengunjungi Air Terjun Bantimurung yang ternyata sudah sangat berubah. Seingat saya, dulu Bantimurung sangat cantik dengan air terjun dan taman kupu-kupunya. Tapi sekarang sepanjang bantaran sungai sudah di semen. Sayang sekali sebetulnya. Menurut Bang Rahmat, Bantimurung memang sudah banyak berubah, sekarang lebih dikenal sebagai water park dan tempat permandian umum, bukan lagi Air Terjun Bantimurung yang cantik.

Menjelang sore kami kembali ke Makassar karena saya ada janji bertemu dengan Itin di Bukit Khatulistiwa. Itin ini adik saya di KMPA yang sekarang menetap di Makassar. Sebelum bertemu Itin kami sempat mampir ke Agnes Salon yang super murah hehe. Saya dan suami sempat potong rambut, memanfaatkan paket cuci+potong yang hanya 20 ribu rupiah saja, di KL bisa 12x lebih mahal.

meet up with Itin after 10 years

Kami bertemu Itin di Exelza, kedai kopi dekat Agnes Salon. Lama sekali tidak bertemu Itin, terakhir bertemu di tahun 2009 sewaktu Cici belum lahir, 10 tahun yang lalu. Saat itu saya sedang hamil dan datang ke Makassar mengunjungi suami yang sedang ada pekerjaan di Sulawesi. Itin datang dengan putrinya-Myla yang super cute, asik ngobrol ngalor ngidul dan tidak terasa sudah malam dan kami harus naik bis ke Cakke.

Sebelumnya kami sudah membeli tiket bis Primadona jurusan Makassar-Toraja. Kebetulan PO bis Primadona juga di Bukit Khatulistiwa, di sebrang Exelza. Setelah makan malam kami berpisah dengan Itin dan Bang Rahmat dan naik bis Primadona yang super bagus. Tiketnya 240 rb seorang untuk 8 jam perjalanan dengan luxury bus Scania, VVIP seat dengan private TV, selimut, snack, charger, udah mirip pesawat banget. Sebelum tidur kami berpesan dengan Pak Supir bahwa kami akan turun di Cakke, kota kecil sebelum Toraja.

Day 2 – 5 : Cakke, Baraka, Gunung Latimojong

Kami langsung tertidur tapi saya sempat set alarm handphone jam 3:30 pagi. Menurut Pak Supir bis akan tiba di Cakke sekitar pukul 3:30 – 4:00. Betul saja, kami tiba di Cakke pukul 4 pagi dan di tepi jalan, di depan pasar sudah ada Mandu menunggu kami.

Saya mengenal Mandu dari Freden, adik lain di KMPA. Kebetulan beberapa minggu sebelumnya Freden juga baru mendaki Latimojong dan berkenalan dengan Mandu. Jadi Mandu akan menemani kami mendaki, sekaligus membantu menjemput kami di Cakke dan mengatur logistik pendakian.

Pagi itu kami dijemput naik motor dan diajak ke rumah Hendra, sepupu Mandu. Setelah packing kami kemudian naik jip ke Baraka dan memulai pendakian ke Latimojong. Cerita naik gunung nanti saya tuliskan tersendiri ya. InshaAllah :).

Ready to go, di samping jip ada Ajir-teman Mandu yang juga menemani kami naik gunung

Day 6 : Toraja – Togean

Kami tiba di Toraja tengah malam hari ke 5, diantar oleh Mandu dan teman-teman. Sebetulnya cape sekali tapi pagi-pagi kami sudah keluar hotel dan mencari mobil yang bisa disewa untuk mengantar kami mengunjungi objek-objek wisata di Toraja. Sayangnya waktu kami sangat terbatas, selepas makan siang nanti kami harus berangkat ke Togean.

Saya dan suami sama-sama pernah ke Toraja, jadi kami memilih beberapa tempat yang kira-kira paling menarik untuk dikunjungi Cici : Kete Kesu dan Londa. Lagi – lagi semoga ada kesempatan bisa kembali ke Toraja dan mengajak Cici untuk mengunjungi tempat menarik lainnya.

Desa Kete Kesu

Toraja sepertinya tidak pernah berubah, masih sama seperti Toraja yang saya kenal belasan tahun yang lalu. Orang-orangnya tetap ramah walaupun nampak garang, sama seperti orang-orang di Flores yang berwajah rambo tapi berhati rinto.

Setelah makan siang kami meninggalkan Toraja menuju Togean. Cerita lengkapnya, Jalan Panjang Menuju Laut Biru, pernah saya tuliskan di sini.

Day 7 – 9 : Ampana – Togean

Togean, kepulauan cantik di Teluk Tomini yang mungkin tidak banyak orang mengenalnya. Alhamdulillah kami berkesempatan mengunjunginya dan jatuh cinta.

Selama di Togean kami menginap di Bolilanga Resort yang cantik dan sepi. Selain kami hanya ada satu pasangan Belanda yang menginap. Serasa jadi pulau pribadi memang. Di Bolilanga kami berkenalan dengan Sri, gadis tomboy yang bekerja di resort. Sri menemani kami main ke Katupat, main catur hingga snorkeling trip, Cici serasa punya kakak di Togean.

Cici dan Sri

InshaAllah (lagi haha), cerita Togean akan saya tuliskan terpisah ya.

Day 10 : Palu – Donggala

Berat hati kami meninggalkan Togean, tapi juga senang sebab kami akan ke Palu. Dari Ampana kami naik mobil travel jurusan Ampana-Palu. Tiba di rumah Tyas jam 3 pagi, diantar mobil travel ke rumah.

Tyas ini sahabat saya, juga saya kenal di KMPA. Sejak lulus kuliah dan menikah, Tyas tinggal di Palu, dan selama ini kami hanya bertemu kembali 4 kali saja. Tahun 2003 ketika Tyas menikah, tahun 2007 waktu saya mengunjungi Tyas di Palu, tahun 2012 waktu Tyas mengunjungi saya di Jakarta dan sekarang tahun 2019.

bertemu kembali dengan Tyas, alhamdulillah semua sehat-sehat

Tyas ini unik, tidak mengenal sosial media, tidak punya smartphone juga haha. Selama ini saya berkirim pesan via whatsapp anak Tyas. Senang sekali bisa bertemu kembali dengan Tyas dan keluarga. Betul-betul bersyukur Tyas selamat dari kejadian gempa dan Tsunami Palu di tahun 2018.

Day 11 : Palu – Makassar

Pagi – pagi kami diantar Tyas ke bandara, yang ternyata hanya di sebelah rumah. Kami naik pesawat Trans Nusa ke Makassar dan dijemput Itin di bandara Hasanuddin. Makan siang dengan Itin di Konro Daeng Naba dan kemudian diantar ke hotel kami di Losari.

Losari juga ternyata sudah banyak berubah, pangling banget ya. Seingat saya dulu Losari sangat sederhana, sekarang sudah berdandan cantik.

Day 12 : Makassar – Kuala Lumpur

Hari terakhir di Makassar dan kami maksimalkan untuk wisata kuliner. Setengah hari memang tidak cukup, tapi kami sempatkan mengunjungi Pelabuhan Paotere, makan coto di Nusantara, diantar Itin main ke mall dan juga makan Nyuknyang hehe. Betul-betul maksimal kan.

Sore hari kami sudah di bandara dan kembali naik Air Asia ke KL. Selesai sudah episode Sulawesi kali ini, alhamdulillah Allah berikan kemudahan. Allah berikan kesempatan bertemu kembali dengan sahabat-sahabat dan bertemu sahabat baru, alhamdulillah.

Sulawesi memang extraordinary, till we meet again ya !

Featured image : Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah

7 Comments on “[DIY Backpacking] SULAWESI”

  1. Wow! Senangnya tiap baca blog Teh May ttg jalan2 berpetualang. It’s my dream teh! Hehehehe.. bisa keliling Indonesia (dan dunia) bareng keluarga. Tp kl hrs naik gunung aduh aku ga kepikiran, plus kl bawa anak pula, blm lagi kl ‘kebelet’ di atas gunung apa yg harus dilakukan?? *Butuh tips and tricks

    1. Hihi you can do it too Teh Rita. Sebetulnya simpel aja lho di gunung itu, bener juga ya, nanti kutulis deh tips and trick naik gunung bersama keluarga.

  2. Duh kalau baca tulisan teh May itu berasa malu belom kemana-mana. Btw kalau trip nyaris 2 minggu begini, laundry nya gimana teh (ahaha nanyanya OOT bener)

    1. Kalau trip panjang gini biasanya kita bawa baju secukupnya 2 minggu Andina, tapi konsekuensinya memang bawaan banyak atau jarang ganti baju hehe.
      Kalau memungkinkan nyuci (numpang atau laundry kiloan) baru nyuci, tapi jarang sih, karena selalu pindah-pindah tempat.

  3. aku mau nanya hal yang sama persis ama Andina soal laundry hahaha tapi ternyata sudah dijawab.

    Btw aku belum pernah ke Sulawesi. Kalau hanya punya waktu seminggu ke Sulawesi dan nggak berniat naik gunung, ke mana tempat yang paling rekomen buat dikunjungi di Sulawesi?

    1. Ke Sulawesi Selatan aja Risna, seminggu bisa cukup untuk explore Toraja (budaya, wisata alam, enak baget disini karena sejuk), Makassar (kota pelabuhan, wisata kuliner, wisata sejarah) dan bisa mantai juga ke Tanjung Bira

      Sulawesi yang lain masih agak susah aksesnya, tapi sebetulnya bagus juga, hanya perlu waktu lebih lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *