MGN, Thought
comments 21

Menjadi Orang Tua untuk Cici

Awal tahun ini saya sempat menuliskan sedikit catatan dari dorama yang saya tonton : Overprotected Kahoko. Ketika membaca kembali memoir dari Amy Chua, saya juga menuliskannya : Battle Hymn of Tiger Mother. Disadari atau tidak sebetulnya saya sedang gelisah, putri kami – Cici mulai memasuki usia remaja, dan ternyata tantangannya luar biasa. Sebagai orang tua kami harus terus belajar karena tantangannya berbeda.

Menjadi orang tua itu sulit, tapi lucunya memang tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Kebanyakan dari kita (termasuk saya) lebih fokus kepada hal-hal yang terlihat seperti memastikan anak cukup nutrisi, bertumbuh kembang sesuai umur, mendapat pendidikan formal yang baik, dan hal lainnya yang terukur.

Bagaimana Saya Dibesarkan

Saya dibesarkan dengan gaya parenting Authoritarian. Kedua orang tua saya sangat strict dan cenderung galak. Ciri khas authoritarian parents adalah orang tua yang merasa dirinya selalu benar dan tidak pernah salah. Akibatnya tidak ada ruang untuk bernegosiasi dan fokus mereka sebagai orang tua adalah mengajarkan kedisiplinan dan kepatuhan, anak harus nurut dengan orang tua.

Konon anak-anak dari authoritarian parents beresiko menjadi sangat aggressive, fokus kepada kemarahan yang dirasakannya kepada orang tua, yang paling ekstrem anak-anak bisa menjadi seorang pembohong karena terbiasa menyelamatkan diri dari hukuman.

Alhamdulillah, tapi rasanya saya tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang digambarkan di paragraf di atas. Bersyukur walaupun galak tapi orang tua saya juga banyak mengajarkan hal – hal baik. Jadi kita buang saja jeleknya dan ambil baiknya kan.

Ketika Menjadi Orang Tua

Ketika menjadi orang tua, tentunya saya berusaha menghindari jauh – jauh gaya otoriter. Tetapi saya sadari saya tetap menjadi orang tua yang strict, bahkan suatu hari physiotherapist Cici menyangka saya seorang guru, karena katanya : your Mom looks so strict !.

Ketika Cici bercerita tentang hal ini saya balik bertanya apakah betul saya sangat strict. Alhamdulillah jawaban Cici cukup melegakan, katanya : You are strict, but I am ok with that because you are also fun !

Strict tapi fun sepertinya kombinasi yang menarik kan, impian saya sederhana, saya berharap Cici bisa menjadi orang dewasa yang tangguh, kuat, mandiri sekaligus baik hati.

Parenting Style

Kalau ditanya apa gaya parenting saya dan suami, sepertinya kami pun tidak tahu jawabannya. Terus terang saya tidak banyak mempelajari hal ini ketika Cici kecil dulu. Kami lebih memastikan Cici tercukupi kebutuhan nutrisinya, sehat secara fisik dan mental, mengenal Tuhan-nya, suka belajar, jujur, baik hati, tangguh sekaligus penyayang, selebihnya mengalir begitu saja.

Tidak banyak kesepakatan yang saya buat dengan suami, tapi satu hal yang kami sepakati : jangan sampai Cici kami pukul, apapun kejadiannya.

Jadi apa yang kami lakukan selama ini ? Lagi – lagi karena saya tidak tahu apa sebetulnya gaya parenting kami, saya tuliskan saja apa yang kami coba terapkan untuk Cici.

Mengenalkan Tuhan-nya. Sebagai seorang muslim, kami mengenalkan Cici tentang Islam, kewajiban sebagai seorang muslim, fiqih ibadah dan tentunya mengenalkan kecintaan terhadap Allah. Cici tidak pernah bersekolah di sekolah berbasis agama, selalu di sekolah umum yang terdiri dari berbagai agama, etnik dan juga nationality. Terus terang ini adalah tantangan tersendiri. Alhamdulillah, di sekolah masih ada pelajaran agama, Cici juga belajar mengaji di luar sekolah. Ketika Cici kecil juga sempat bergabung dengan kelas agama untuk anak-anak di akhir pekan. Tapi saat Cici kecil kami tidak memaksa Cici untuk langsung belajar tentang tata cara beribadah atau mengaji. Kami lebih fokus menanamkan kecintaan terhadap Islam, dengan harapan Cici akan selalu ingat, dimanapun nanti Cici berada, sampai Cici besar nanti. Misalnya sholat bukan saja karena kewajiban tapi karena kita memerlukannya.

Sport – is a great investment for my daughter. Secara lengkap pernah saya tuliskan di sini. Cici sangat aktif berolahraga. Sebagai ganti tidak ikut les pelajaran sama sekali, Cici mengikuti beberapa training olahraga, di sekolah dan juga di luar sekolah. Banyak sekali hal baik yang didapat, bukan saja sehat tapi juga membantu pembentukan karakter dan beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak yang aktif secara fisik itu lebih pintar.

Physical activity enhances cognitive function, improving memory, behavior, concentration and academic achievement. On the other hand inactivity negatively impacts brain health and executive control including : maintaining focus, working memory and multi tasking.

Playing and learning music. I am a tone deaf, percaya ga percaya, saya ini ga bisa nyanyi juga kurang menyukai dan menikmati musik. Lagu-lagu yang bisa saya nikmati sedikit saja, dan itu-itu saja. Mungkin penyebabnya karena sewaktu kecil dulu saya tidak pernah mendengar musik, seingat saya baru ketika saya SMP kami memiliki tape di rumah. Sewaktu SMA saya sempat mengalami culture shock, ketika teman-teman mempunyai group band favorit dan bisa menghapal lirik lagunya secara lengkap. Tidak ingin kejadian yang sama terulang, Cici mulai belajar piano di umur 4 tahun, menyukainya dan masih rutin belajar sampai sekarang. Saat ini di sekolah Cici bergabung di youth orchestra – bermain violin. Cici sepertinya menyukai perjalanan bermusik, mempunyai lagu dan penyanyi favorit yang bisa menemani hari-harinya.

The benefits of music education extend well beyond childhood, lasting a lifetime. Music education is shown to have a multitude of benefits, including abstract reasoning and creativity. Children who are musically trained have stronger every day listening skills. Music engages both sides of the brain and challenges children to simultaneously concentrate on multiple tasks.

Top 10 Instruments for Children to Learn to Play Music | NAMM Foundation

Reward and Punishment. Dari pengalaman saya sendiri, biasanya orang tua suka memberikan reward tapi bukan punishment atau sebaliknya. Setelah saya pikir – pikir sebetulnya yang ideal adalah keduanya kan. Ketika anak melakukan suatu hal yang baik ada reward yang diberikan, ketika salah harus ada juga hukumannya. Hukuman dan reward tentu saja akan berbeda di setiap keluarga, kalau di keluarga kami, yang pasti tidak boleh ada pukulan atau hukuman fisik lainnya. Kami menghindari juga memberikan reward dalam bentuk barang yang mahal harganya tapi sebetulnya tidak diperlukan oleh anak, frugal living sejak dini.

Discipline, discipline, discipline. Haha harus tiga kali ya Mah, karena kami meyakini disiplin itu penting. Sedari kecil di luar sadar sebetulnya kami sangat strict dengan Cici, sejak bayi Cici punya jadwal harian yang sangat teratur. Ketika Cici masih balita, teman-teman kami sudah tahu, jangan berharap bertemu kami di malam hari di luar rumah bersama Cici, alasannya karena jam 7:30 malam Cici pasti sudah tidur. Kalau di luar rumah pun bisa dipastikan Cici akan tertidur. Alhamdulillah “kegalakan” kami ini berbuah manis, sekarang kami tidak pernah mengalami kesulitan membangunkan Cici di pagi hari. She has her own rhythm. Disiplin ini tentunya bisa diterapkan di banyak hal, sesuai dengan value keluarga masing-masing.

Membaca buku. Sebagai pecinta buku, tentunya saya juga ingin Cici suka membaca. Sebagai agak kiasu mom saya mengenalkan Cici dengan buku sejak bayi, dimulai dari buku kain, buku anak bergambar, dan alhamdulillah Cici sangat suka membaca sekarang. Waktu Cici kecil kebetulan belum jaman internet seperti sekarang, jadi Cici tidak banyak terekspos dengan film atau youtube, buku adalah sahabat Cici.

Tiger Mother ?

Kalau membaca tulisan di atas, mungkin sebagian besar akan menganggap gaya kami sebagai orang tua ngga asik. Tiger parents banget.

Tapi seperti yang Cici bilang : kami strict tapi fun, karena Cici masih boleh kok pergi play date atau sleep over di rumah teman. Boleh sesekali bolos training karena ada pesta ulang tahun. Di hari sekolah Cici tidak menonton TV, bukan tidak boleh tapi karena tidak ada waktu. Tapi di hari libur atau di akhir pekan, kami menonton TV, bahkan saya “meracuni” Cici untuk nonton drakor tertentu bersama-sama.

Sebagai orang tua kami hanya berusaha dan berharap putri kami sehat, bahagia, baik hati, jujur dan harapan-harapan baik lainnya yang kami panjatkan dalam doa-doa kami.

Semoga Allah meridhoi semua ikhtiar kita sebagai orang tua, amin YRA.

Tulisan ini didedikasikan untuk Tantangan Mamah Gajah Ngeblog Juni 2022 dengan tema : Mamah dan Parenting.

21 Comments

  1. Pingback: Belajar Naik Sepeda dan Race Ironman 70.3 Bersama Cici - sereleaungu

  2. Pingback: Iwan Fals – Rosana, Tentang Cinta dan Keluarga - sereleaungu

  3. Pingback: buy ivermectin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *