[Menyapa Tambora] Doro Ncanga vs. Doropeti

Kegalauan kami memilih jalur pendakian berlangsung cukup lama, hampir sepanjang bulan Februari hal ini menjadi topik pembicaraan di rumah. Jalur Desa Pancasila resmi kami coret karena pertimbangan jalurnya kemungkinan besar akan sangat membosankan. Membayangkan harus naik turun dengan jalur yang sama dan jalurnya panjang sekali (walaupun landai).

Jalur Doropeti menjadi pilihan pertama kami, tulisan – tulisan mengenai indahnya jalur pendakian Tambora via Doropeti sukses meracuni kami untuk memilih jalur Doropeti sebagai jalur naik, dan turun melalui Pancasila. Sayangnya kami tidak berhasil menemukan Bang Jon – guide Doropeti yang saya temukan namanya hampir di semua catatan perjalanan Tambora via Doropeti. Sepertinya Bang Jon sudah ganti nomor handphone. Kami juga berusaha mencari via Facebook dan bertanya kepada beberapa kenalan, tetapi nihil, Bang Jon tidak diketahui keberadaannya. Kontak kami yang lain kebetulan tidak mengenal baik jalur Doropeti, sepertinya memang tidak banyak orang yang pernah naik via Doropeti.

Akhirnya pilihan kedua diajukan, Doro Ncanga dan turun melalui Pancasila. Harapan kami, inilah jalur paling mudah dan cepat. Bonusnya banyak, jalur naik turun yang berbeda dan kesempatan menikmati savanna Doro Ncanga yang sangat cantik seperti Afrika. Konon belum ada jalur dari Pos 3 Doro Ncanga menuju puncak Pancasila. Guide yang akan mengantar kamipun belum pernah melintas dari kaldera Doro Ncanga ke puncak Pancasila. Tetapi beliau juga  yakin kalau bisa tembus, walaupun mungkin harus merintis jalur. Intinya beliau siap membantu. Dari hasil orientasi peta dan orientasi google earth memang ada jalur yang dapat menghubungkan Pos 3 Doro Ncanga dengan puncak Pancasila. Tapi apakah jalur ini bisa dilewati ? Kok sepertinya susah ya.

Ilustrasi dari Google Earth, salah satu alternatif jalur dari Puncak Doro Ncanga ke Puncak Pancasila, line berwarna kuning adalah jalur Doropeti.

Tak terasa sudah bulan April, peringatan 200 tahun Tambora menyapa dunia nampaknya berlangsung ramai. Saya banyak membaca catatan – catatan perjalanan selama acara ini.  Tetapi kenapa tidak ada satupun laporan mengenai lintas Doro Ncanga ke Pancasila ya ?. Saya mengharapkan ada pendaki yang melintas dari Doro Ncanga menuju Pancasila dan menuliskan catatan perjalanannya, minimal sebagai assurance kalau jalur ini memang bisa dilewati.

Dan perasaan ragu – ragu itu datang, kan ngga lucu juga kalau udah bawa rombongan 30 an-orang (pendaki + porter) tapi ternyata jalurnya tidak bisa dilewati. Sampai – sampai kami membuat back up plan A – B – C, contingency plan 1 – 2 – 3, ribet banget kaya mau drilling. Dan faktanya teman – teman di Jakarta memang membuat sesi climbing on paper haha, saingan sama drilling on paper.

Makin mendekati hari H perasaan ragu – ragu semakin menjadi,  walaupun calon Guide kami selalu bilang : tenang Mba, kami siap membantu. Haha tapi kalau ga bisa tembus trus bagaimana dong Om.

Akhirnya sebuah keputusan yang tidak impulsif kami buat, mengirim tim survey. Walaupun tidak impulsif keputusan ini baru dibuat H-7, jadi bisa dibilang semi impulsif sih. Dua orang pendaki kawakan (cieee) berangkat dari Bandung H-7. Kenapa 2 orang ? Karena kekhilafan saya membeli tiket. Jadi awalnya Huzeyn memang akan berangkat ke Bima hari Sabtu, jalur darat naik kereta. Asumsi perjalanan dari Bandung ke Bima 4 hari, maka Huzeyn akan tiba satu hari sebelum pendakian. Karena rencana survey ini, Huzeyn akan berangkat hari Sabtu naik pesawat dari Jakarta tujuan Bima, hari Minggu rencananya ia  akan survey ditemani porter. Sedangkan tiket kereta Huzeyn akan dipakai Arif yang nantinya akan mengurus logistik pendakian.

Kamis malam saya membelikan tiket untuk Huzeyn via website salah satu maskapai tanah air, tetapi ada masalah ketika pembayaran. Saya mencoba membayar via CIMB Clicks dan katanya transaksi gagal. Tanpa mengecek saya booking ulang tiket dengan membalik nama depan Huzeyn menjadi nama belakang. Transaksi kali ini berhasil. Dan ketika mengecek email kagetlah saya, ada 2 itinerary a.n Muhammad Huzeyn dan satunya nama Huzeyn Muhammad haha. Panic attack, menelpon costumer service maskapai tersebut pun tidak menghasilkan apa – apa, saya hanya disuruh mengirim email. Mengirim email pun tidak ada hasil, eh ada hasil sih, saya disuruh datang ke kantor mereka di Jakarta, huhu tidak mungkin.

Akhirnya karena ini Indonesia (ironic sebetulnya), Huzeyn dan Arif memutuskan berangkat saja sama – sama hari Sabtu, nanti Arif akan menggunakan SIM Huzeyn sebagai tanda pengenal. Check in kami lakukan online, drop bagasi jauh-jauhan di counter yang berbeda, pokoknya berusaha pura – pura ga kenal selama naik pesawat. Alhamdulillah lancar, Arif – Huzeyn tiba di Bima hari Sabtu.

Hari Minggu pagi Huzeyn berangkat ke Pos 3 Doro Ncanga ditemani seorang porter dari Bima – Bang Eric namanya. Sedangkan Arif ikut menumpang di tempat Pak Haris, di Pos Pengamatan Gunung Tambora di Desa Doropeti. Kami memasang radio komunikasi untuk memonitor pergerakan Huzeyn selama survey.

Savanna Doro Ncanga. Photo taken by Huzeyn Muhammad

Bagaimana hasil surveynya ?

Setiap saat kami deg-degan menanti kabar dari Huzeyn. Hari Minggu – hari 1, Huzeyn tiba di Pos 2 Doro Ncanga, hujan lebat, diputuskan untuk membuat camp di Pos 2. Hari Senin – hari 2, melanjutkan perjalanan ke Pos 3. Masih hujan lebat dan kabut turun cepat sekali. Mereka membuat camp di Pos 3 dan mencoba jalur ke Pancasila dari Pos 3, tidak naik ke puncak dahulu. Dari orientasi peta, google earth dan nanya-nanya, memang ada 2 jalur yang memungkinkan. Jalur puncak Doro Ncanga (seperti ilustrasi google earth di atas) dan jalur Pos 3. Jalur Puncak Doro Ncanga sangat curam, diperlukan peralatan panjat. Opsi ini langsung kami coret, sehingga Huzeyn hanya mensurvey satu jalur saja, jalur Pos 3 Doro Ncanga.

Hari ke 2 survey dan Huzeyn berhasil naik ke punggungan yang memisahkan jalur Doro Ncanga dan Doropeti, sayangnya kabut turun cepat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan orientasi medan. Diputuskan kembali ke Pos 3 dan survey dilanjutkan hari Selasa. Berdasarkan koordinat yang dikirimkan Huzeyn, Helmy mencoba memplot jalur di google earth dan membantu Huzeyn melakukan orientasi. Sebetulnya sudah dekat sekali, tinggal naik ke punggungan, turun ke lembahan, melintas dataran lalu naik lagi dan tibalah di jalur Doropeti.

Kemungkinan berhasil 50-50, terpaksa kami harus menentukan jalur alternatif..LAGI. Beruntung, secara tidak sengaja Arif bertemu dengan Bang Jon di pos pengamatan Tambora, ga jauh – jauh. Ternyata orang yang kami cari selama ini ada disana. Rumah Bang Jon tepat di sebelah pos pengamatan. Ternyata selama 3 tahun terakhir Bang Jon pergi merantau dan mengganti nomor HP. Beliau juga baru kembali lagi ke Sumbawa.

Penuh semangat kami mencoba meminta tolong kepada Bang Jon untuk mengantar kami ke Tambora via Doropeti. Tinggal 3 hari lagi ahaha. Awalnya Bang Jon keberatan, menurut beliau diperlukan minimal 3 hari untuk melintas Doropeti – Pancasila. Sedangkan kami hanya punya waktu 2 hari, Jumat dan Sabtu. Akhirnya kami mengusulkan untuk memulai pendakian di hari Kamis, kami akan mencoba berjalan sampai ketinggian 1,300 m dpl (Pos 2), membuat camp dan melanjutkan perjalanan hari Jumat. Bang Jon setuju. Akhirnya kami punya rencana fix sambil menunggu kabar dari Huzeyn di hari Selasa.

Sementara pekerjaan di kantor pun menggila, logging, TD, training, packing, jumlah porter, belanja makanan. Semua jadi satu, kenapa ini selalu terjadi ya.

Hari Selasa, Huzeyn memberi kabar kalau ia sudah sampai lembahan. Ternyata dataran yang kami lihat di peta adalah savanna dengan semak – semak tinggi. Harus babat semak dulu, buka jalur. Sebetulnya bisa saja kalau mau nekat, tapi kami tidak mau ambil resiko. Waktunya tidak akan cukup. Diputuskan Huzeyn akan pulang hari Rabu ke Doropeti, dijemput motor Bang Jon di Pos 3. Satu lagi PR di gunung yang belum selesai, membuka jalur Doro Ncanga ke Pancasila. Ayo siapa yang mau mencoba ?

Selasa sore saya menyampaikan rencana final ke teman – teman di Jakarta. Jalur final sudah diputuskan. Via telpon saya menyampaikan ke Pak Pranoto yang nantinya akan mengirim email ke teman – teman yang lain. Porter juga sudah siap, logistik sudah dibeli.

Peta Tambora via Doropeti – Pancasila. Copyright Pecinta Alam Fakultas Teknik UGM

Di atas kertas rencana ini terlihat bagus, kamipun sangat bersemangat, siap berangkat. Menurut peta jalur dari teman – teman Fakultas Teknik UGM, jalur Tambora lintas Doropeti – Pancasila cukup panjang – eh panjang banget. 53 km dalam 52 jam perjalanan. Kami bisa ngga ya ?

Bersambung ke part 3.

One Comment on “[Menyapa Tambora] Doro Ncanga vs. Doropeti”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *