Belajar Memasak Makanan Thailand di Bangkok

Ada satu kegiatan favorit yang biasa saya lakukan ketika berkunjung ke tempat baru, ga jauh-jauh sih pastinya berhubungan dengan makanan. Selain menyukai wisata kuliner, saya juga suka belajar memasak makanan lokal. Seru lho, belajar memasak dari ahlinya, di tempat asalnya.

Ketika naik Gunung Kerinci di tahun 2012, kami menginap di Basecamp Kerinci, rumah-nya Heru di Kayu Aro. Ibunya Heru selalu memasak untuk kami, dan beliau masih menggunakan kayu bakar. Seru banget ikut nongkrong di dapur dan memperhatikan Ibunya Heru memasak sambal kentang dan dendeng yang enak banget. Sedikit-sedikit saya mendapat ilmu baru mengenai cara memasak ala Jambi sekaligus resep rahasia.

Di tahun 2001, ketika naik Gunung Mekongga kami sempat transit di Kolaka dan menginap di sekertariat G-SUA, pencinta alamnya Kolaka. Disana saya belajar memasak Sinonggi, masakan khas Suku Tolaki-Sulawesi Tenggara. Tepung sagu dimasak menjadi bubur, dimakan dengan kuah ikan kuning. Makanan serupa dikenal dengan nama Papeda di Maluku dan Kapurung di Sulawesi Selatan. Saya masih mengingat keseruan memasak sore-sore dilanjutkan dengan Mosonggi – makan Sinonggi bersama-sama.

Tapi kesempatan pertama belajar memasak secara formal alias mengikuti kursus baru datang di bulan Oktober 2019, ketika saya dan Cici girls trip ke Bangkok. Selain menginap di hostel, saya tambahkan agenda belajar memasak dalam itinerary perjalanan kami. Masakan Thailand adalah favorit kami sekeluarga, pastinya seru banget belajar memasak di tempat asalnya.

Di Bangkok, sangat mudah menemukan tempat belajar memasak bahkan yang berkategori halal sekalipun sangat banyak. Seperti biasa, riset di Google mempertemukan saya dengan sebuah sekolah masak kecil di daerah Bangrak, Silom. Nama sekolahnya Silom Thai Cooking School. Sekolah ini memenuhi kriteria yang saya tentukan, halal pastinya – pemiliknya muslim, dan relatif murah. Review di Trip Advisor pun sangat bagus, tidak ada komentar jelek yang saya temukan.

Reservasi saya lakukan via website Bangkok Thai Cooking yang sayangnya saat ini sudah tidak aktif lagi. Ada beberapa pilihan kelas dan saya memilih Set A yang dianjurkan untuk pemula yang baru pertama kali mengikuti kelas masak di Silom. Harga per orang 1000 Bath untuk kelas memasak selama 4 jam, ini sudah termasuk market tour, bahan-bahan, perlengkapan memasak dan makan siang free tentunya. Karena kami akan memasak dan pastinya boleh dimakan haha. Harga yang sangat bersahabat, hitung-hitung ganti biaya makan siang dan mendapat ilmu baru.

Simply Sleep Hostel, tempat kami menginap selama di Bangkok sangat dekat dengan Silom. Pagi-pagi selepas sarapan saya dan Cici berjalan kaki saja ke sana. Menyenangkan juga pagi hari di kawasan perumahan Bangkok, mirip sekali dengan Indonesia, ada yang menyapu jalan, duduk-duduk di depan rumah bedanya banyak Monk yang berkeliling, mengingatkan bahwa kami sedang ada di Bangkok.

Tepat waktu, pukul 9 pagi kami bertemu dengan guru kami hari itu yang kita panggil Chef. Selain saya dan Cici ada 2 pasangan dari Korea yang Chef panggil Miss Korea dan Oppa, dan seorang Ibu dari Malaysia yang datang dengan 2 putra-nya, sweet banget. Total 9 students dan 1 teacher.

Market Tour alias Belanja ke Pasar

Setelah berkenalan Chef membagikan keranjang cantik untuk kami semua, saatnya market tour alias pergi berbelanja. Saya akui ide market tour ini sangat menarik. Untuk peserta dari Malaysia atau Indonesia mungkin akan terasa biasa-biasa saja, pergi ke pasar dan belanja. Tapi untuk peserta dari negara-negara yang jauh pastinya sangat menarik, bahkan Miss dan Oppa Korea pun sangat excited. Tidak bosan mengambil gambar dan bertanya.

Soi Prachum Market yang kami kunjungi adalah pasar basah yang menjual sayuran, bumbu-bumbu, daging, ayam, ikan, keperluan sehari-hari. Chef yang periang dan sangat cerewet mengajak kami berkunjung ke beberapa kedai dan disana dia akan mengenalkan nama-nama sayuran dan bahan-bahan yang banyak digunakan di masakan Thailand. Dimulai dari lengkuas, daun jeruk, jeruk purut, basil, gula merah Thai sampai kelapa parut.

Selesai berbelanja kami kembali ke sekolah, setiap orang membawa keranjang yang berisi bahan belanjaan kami pagi itu. Ruang belajar memasak ternyata terletak di lantai 2, walaupun nampak kecil dari luar ternyata di dalam cukup luas, dan saya sangat suka dekorasinya yang Thailand banget. Bahkan toilet pun di hias sangat cantik, rasanya pengen ngangkut itu semua ke rumah.

ruangan tengah tempat belajar memasak dan mempersiapkan bahan-bahan, di sebelah kiri adalah ruang makan, dan di sebelah kanan (out of frame) ada dapur

Belajar Memeras Santan Kelapa dan Membuat Air Asam

Pelajaran di mulai, Chef bilang hari ini kita akan memasak 5 jenis makanan, banyak juga ya. Dan kita akan membuat dari scratch semuanya, bahkan pelajaran pertama kami hari ini adalah memeras santan kelapa dan membuat air asam dari asam keping.

Kami pindah ke ruangan belakang yang ternyata adalah station kami untuk memasak nanti. Setiap orang mendapat satu kompor dan perlengkapan masak, berasa jadi master chef kan. Chef membagikan baskom berisi kelapa parut, kemudian kami belajar bagaimana cara memeras santan kelapa yang baik.

Terus terang saya ingin ketawa, lagi-lagi untuk perempuan Indonesia dan Malaysia atau South East Asia pada umumnya, memeras santan mungkin hal yang biasa. Sedari kecil saya diajari Mami untuk memeras santan sendiri, tapi ternyata itu hal yang luar biasa untuk para Miss Korea dan bahkan Cici. Kenalan baru saya, Ibu Malaysia pun tertawa geli, mungkin beliau juga tidak menyangka kita akan belajar memeras santan.

Selesai memeras santan tugas kami berikutnya adalah membuat air asam dari asam keping. Lagi-lagi saya melihat Ibu Malaysia tertawa geli. Di titik ini saya merasa Silom Cooking School dan Thailand pada umumnya berani berpikir outside of the box, berinovasi dan tentunya memasang target market yang sangat luas. Alih-alih berpikir memeras santan dan membuat air asam itu biasa saja tapi mereka mengemasnya sedemikian rupa untuk para turis dari negara jauh yang mungkin baru pertama kali melihat kelapa parut dan santan.

Tom Yum Goong (Spicy Sour Shrimp Soup)

Selesai memeras santan dan membuat air asam, kami kembali ke ruang tengah dan bersiap untuk memasak makanan pertama, sup favorit saya : Tom Yum Goong. Tentunya bukan sesuatu yang asing, sup khas Thailand yang rasanya asam pedas, seger banget. Isian sup Tom Yum bisa bermacam-macam, ayam, daging atau seafood, bahkan bisa juga dibuat versi vegetarian. Kali ini yang kami masak adalah Tom Yum Goong, alias Tom Yum dengan udang.

Di Malaysia sebetulnya sangat mudah menemukan Tom Yum, hampir semua kedai makanan Melayu menyajikannya. Tapi sayangnya sudah dimodifikasi selera lokal, jarang sekali bisa menemukan Tom Yum asli seperti di Thailand. Tom Yum khas Malaysia umumnya tidak terlalu asam dan tidak banyak menggunakan rempah.

Selama ini saya juga sering memasak Tom Yum di rumah, tapi menggunakan paste tom yum siap pakai. Di Silom kami belajar memasak Tom Yum almost from scratch, karena kami masih menggunakan chili oil siap pakai. Konon akan lebih mantap lagi kalau membuat chili oil sendiri.

Bersama-sama kami menyiapkan semua rempah-rempah yang diperlukan, memotong sayur dan kembali ke dapur untuk memasak. Super kilat, tidak sampai 15 menit kami menuju meja makan dan menyantap Tom Yum Goong racikan kami sendiri.

Pad Thai (Thai Stir-Fried Noodles)

Selesai menyantap Tom Yum buatan sendiri, kami kembali ke ruang tengah. Menu selanjutnya adalah Pad Thai. Lagi – lagi menu favorit saya. Mie goreng ala Thai yang rasanya juga gurih-gurih asam, perpaduan kecap ikan, air asam, pickle dan sedikit perasan jeruk nipis. Mie yang digunakan untuk Pad Thai adalah rice noodle, bentuknya pipih, agak mirip dengan kuetiau tapi lebih tipis dan kecil ukurannya.

Dulu, di kantor saya di Jakarta ada sebuah Chinese Restaurant yang menjual Pad Thai, sayang harganya agak mahal, saya tidak pernah berani mencobanya. Sampai di tahun 2008 ketika honeymoon di Bangkok akhirnya saya mencoba makan Pad Thai untuk pertama kalinya. Bukan di restoran, tapi di kaki lima di depan Grand Palace, murah meriah tapi enak.

Sejak saat itu saya penasaran ingin mencoba membuat Pad Thai sendiri, tapi selalu gagal. Sampai akhirnya di Silom saya memasaknya sendiri, dan di luar dugaan sangat mudah.

Sebetulnya sesudah makan Pad Thai saya sudah kekenyangan, tapi ada 3 lagi resep lain yang kami buat. Green Curry with Chicken+ Paste alias kari ayam ala Thai yang hijau itu, Som Tam (green mango salad), dan pastinya dessert favorit sejuta umat : Sweet Sticky Rice with Mango.

Semuanya enak dan enak banget, cara memasaknya pun sangat mudah. Kapan-kapan saya tuliskan resepnya ya. Sangat praktis untuk sehari-hari. Hal lain yang saya pelajari adalah cara plating makanan, selesai memasak Chef menunjukkan cara plating dan kami dipersilakan meniru atau berkreasi sendiri. Yang asiknya lagi, table ware Thailand itu cantik-cantik banget ya, berfungsi tapi sekaligus instragamable.

Terinspirasi Membuat Kelas Masakan Indonesia

Sekitar pukul 1 acara kelas memasak selesai, saya dan juga Cici sangat happy. Kekenyangan juga pastinya. Kami berfoto bersama dengan Chef dan pamit pulang. Rasanya semua orang memang puas, hanya satu komentar dari saya : excellent. Sangat saya rekomendasikan untuk dicoba, kalau ada kesempatan lagi ke Bangkok saya ingin ikut lagi kelas masak lanjutan di Silom.

happy teacher, happy students

Dalam perjalanan pulang Cici berkomentar bisa ngga ya kita buat kelas seperti ini di Indonesia, tapi kan Bunda masakan Indonesia itu ribet banget. Iya juga sih, sepertinya bumbu masakan Indonesia tidak ada yang sederhana, selain itu waktu memasaknya cukup lama.

Tapi saya jadi terinsipirasi juga ingin membuat kelas seperti ini, tapi nanti ya, masih harus banyak belajar. Harusnya bisa sih ya, kembali ke prinsip yang saya ceritakan di atas, think out of the box, berinovasi, dan pastinya targetkan untuk market yang luas. Untuk turis kelahiran Amerika yang belum pernah masak nasi goreng mungkin kelas memasak nasi goreng saja bisa menjadi istimewa.

One day ya, InshaAllah :).

9 Comments on “Belajar Memasak Makanan Thailand di Bangkok”

  1. kalau buka kelas masak rendang, setidaknya butuh seharian di dapur hehehehe….
    sambil masak rendang, bisa sambil masak yang lain-lain kayaknya, hehehe…

    1. kalau kelas masak rendang memang harus full day kayanya, sekalian paket lengkap makanan Padang, dendeng balado, sayur kapau, sambal merah, sambal hijau.

      gara-gara ngetik ini jadi pengen Nasi Padang hehe

  2. Wow, May, such a remarkable girls trip! 🙂

    Kok ya May kepikiran ya membuat itinerary ngajakin Cici kelas memasak, ehehe, May sendiri pada dasarnya orang yang ‘think out of the box’, jadi adaaa wae idenya. 🙂

    Ngomongin PadThai ini saya penasaran pengen cepet nyobain. Kombinasi rice noodle, toge, tahu, telor,..kok kayanya uwenaak ehehe.

    ***
    Wah ayok May, kami tunggu breakthrough-nya ya.. 🙂

    1. hihi karena girls trip kan Uril, jadi waktu itu acaranya memang kelas masak, ke salon dan spa (di Bangkok murah dan enak banget, mirip kaya di Indonesia) sama window shopping, yang kalau sama suami pastinya agak terbatas 😀

      Pad Thai enak lho Uril, tapi pickle jangan di skip ya, kalau di Indonesia suka ada Bubur yang pakai juga kan, lupa namanya apa, loncang kalau ga salah, asinan lobak gitu

      InshaAllah ya Uril, slowly but sure menuju kesana 🙂

  3. Waaw seru banget Teh Maay,,, aku sering nonton acaranya Marion Grasby dan penasaran dengan rasanya kaya apa coriander root itu, hehe,,, ditunggu culinary tripsnya yang lain ya Teeh

    1. Coriander root kalau di masakan Thailand biasa dipakai di sup (kaya Tom Yum) dengan ikan steam, lebih untuk aroma aja sih. Emang beda tapinya kalau ngga pakai, wanginya enak banget coriander root ini Meta.

  4. Waah… seru ya pengalamannya. Ayo diwujudkan idenya Cici, bikin kelas masak masakan Indonesia. Bakal jadi pengalaman seru juga buat orang asing. Sekalian berkunjung ke sawah dulu buat belajar asal-usul beras. Ada lho orang asing yang berpikir bahwa beras itu diambil dari pohon yang tinggi serupa pohon apel dan sebangsanya. Bakal jadi pengalaman seru untuk orang asing atau orang kota, jalan di pematang dan foto-foto di sawah.

    1. Mamah Diah, ide yang bagus banget, noted. Betul-betul, dan bule itu suka banget ya sama sawah, makanya kalau di Ubud penginapan yang view paddy field lebih mahal hehe.

      Seru ni, kelas masak dengan market tour, paddy field tour dan kalau bisa juga ada organic garden, mimpi dulu 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *