MGN
comments 17

About Me – Many Things About Me

Awal tahun 2022, dan seperti biasa Mamah Gajah Ngeblog punya cara unik untuk merayakannya. Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Januari 2022 sungguh sangat menantang : ceritakan hal – hal tentang dirimu, Mamah Gajah ! Mamah bebas menuliskan apapun mengenai diri Mamah. Many THINGS about YOU!

Tantangan yang gampang-gampang susah tapi sebetulnya lebih banyak susahnya. Sebagai seorang INTJ-T alias The Turbulent Architect – seperti yang pernah saya ceritakan di sini, saya adalah seorang introvert yang cenderung tertutup. Tentunya bukan hal yang mudah bagi saya untuk bercerita mengenai diri sendiri, malu Mah !

Tapi katanya hidup itu perjalanan mencari jati diri kan, tapi sebelum mencari – cari lebih baik kita kenali dulu diri kita sendiri. Baiklah Mah, saya terima tantangannya, saya akan bercerita tentang saya, about me, many things about me.

About Me

Awal tahun 2021, ketika saya mulai aktif menulis kembali di blog, saya membuat halaman khusus yang bercerita tentang diri saya. Singkat padat, seperti di bawah ini :

I am May. Indonesian, born and raised in Bandung, and I have spent 22 years there before I started a new phase of life as an independent young woman.

I was living in Jakarta twice, almost a year from July 2003 – May 2004 and almost 7 years from February 2007 – December 2013. In between I was in Balikpapan and now I live in Kuala Lumpur.

I love reading books, to travel and to cook. I also love to write, my dream since junior high school was to become a Journalist and was almost there. Back in 2004 I was accepted as a Journalist for one of major newspaper in Indonesia, and at the same time as a Geologist for one of multinational oil company with a prospect to continue my study overseas. My late mother told me the 2nd one is a better option, hence I followed her suggestion.

#About Me

May itu orang Indonesia asli, lahir di Bandung Cimahi. Masa kecil-TK-SD-SMP-SMA-kuliah, 22 tahun pertama kehidupan saya habiskan di Cimahi dan di Bandung. Tapi sebetulnya kedua orang tua saya adalah perantau. Alm ibu saya-Mami adalah orang Palembang yang merantau ke Bandung untuk sekolah menjadi perawat. Sedangkan ayah saya orang Malang yang juga merantau ke Bandung untuk menjadi tentara.

Hingga saat ini saya selalu mengalami krisis identitas terkait dengan kampung halaman, orang Bandung tetapi bukan orang Sunda. Mengaku sebagai orang Jawa atau orang Palembang juga rasanya tidak pantas karena saya tidak bisa berbahasa Jawa atau Palembang. Saya sendiri merasa tidak ada ikatan batin dengan daerah asal kedua orang tua saya. Lebih baik saya mengaku jadi orang Indonesia saja ya Mah.

Setelah episode Cimahi dan Bandung saya merantau ke ibukota. Selepas kuliah saya diterima bekerja di sebuah perusahaan di bilangan Jakarta Selatan. Nge-kos di belakang kantor, kamar kos yang sewanya IDR 350,000 saja per bulan, sudah termasuk cuci dan setrika baju. Murah sekali ya Mah, tapi itu 18 tahun yang lalu, tahun 2003. Saat itu belum ada mobil travel Bandung – Jakarta, sehingga setiap akhir pekan saya pulang ke Bandung naik bis antar kota. Terminal Leuwipanjang dan Lebak Bulus atau Kampung Rambutan menjadi tempat yang rutin saya kunjungi setiap hari Jumat dan Minggu.

Kenapa harus pulang setiap akhir pekan ? Tentunya karena tidak betah. Jakarta di mata saya tidak menyenangkan, panas dan macet. Akhir pekan di Bandung yang sejuk bersama teman-teman selalu menjadi hal menyenangkan yang ditunggu-tunggu.

Tidak heran kalau saya terus mencoba mencari kesempatan baru, melamar pekerjaan baru – menjadi wartawan, cita – cita saya sejak SMP, dan juga menjadi Geologist di perusahaan lain di seberang pulau. Pertengahan tahun 2004 saya mendapatkan keduanya. Mami menyarankan saya tetap menjadi Geologist saja. Pertimbangan sederhana dari seorang ibu, gaji wartawan magang hanya 1/7 dari gaji yang ditawarkan perusahaan di seberang pulau. Selain itu ada kesempatan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri, menarik bukan. Itulah pertama kalinya saya patuh kepada orang tua (iya, May muda sangat keras kepala dan jarang menurut), sedikit menyesal tapi penuh semangat saya pindah ke Balikpapan.

Balikpapan ternyata adalah episode kehidupan yang paling menarik, 3 tahun yang menyenangkan. Tempat saya belajar segala sesuatunya, kalau meminjam lirik lagu Kampusku : disana saya dibina menjadi manusia dewasa. Teman-teman yang asik, kota yang menyenangkan, kantor dan pekerjaan yang seru. Di sana saya sempat menjadi dosen juga, jadi penari, pemain angklung, belajar gamelan, jadi atlit sepak bola, masuk TV, kerja di offshore, mendirikan klub pecinta alam, pertama kali ke luar negeri – gratis, jalan-jalan keliling Kalimantan. Balikpapan memang terbaik !

Life in Balikpapan 2004 – 2007

Cinta membawa saya kembali ke ibukota. May yang benci Jakarta akhirnya kembali di tahun 2007, pekerjaan yang sama, kantor yang sama. Menikah, hamil, melahirkan, sesaat lupa kejamnya ibukota, sebelum akhirnya mengucapkan selamat tinggal untuk kedua kalinya. Sayonara J City.

Di akhir tahun 2013 saya menulis : “Entah for good atau tidak, yang pasti setidaknya dalam 2 tahun ke depan kami sekeluarga akan tinggal di Kuala Lumpur”. Ternyata sudah 8 tahun kami tinggal di sini. Kemana selanjutnya ? pertanyaan yang belum bisa dijawab saat ini :).

May yang dulunya mau jadi wartawan ternyata sudah 18 tahun jadi tukang batu. May yang dulunya ingin punya anak banyak ternyata sekarang berpendapat satu anak cukup. C’est la vie, alhamdulillah.

Many Things About Me

  • JALAN-JALAN. Dulu saya pernah menulis seperti ini : Geologist by profession, Traveler by passion haha. Sok keren banget ya Mah. Tapi betulan kok, ada masanya saya sangat suka jalan-jalan, sekarang juga masih tapi frekuensinya sudah banyak berkurang. Dari hobby jalan-jalan ini alhamdulillah juga mendatangkan rezeki, saya dan suami memiliki pekerjaan sampingan menjadi trip organizer. Diawali dari iseng agar bisa jalan-jalan dengan sedikit murah ternyata alhamdulillah menjadi tambahan penghasilan, teman, bahkan saudara baru. Tapi lagi – lagi karena pandemi dan juga kesibukan lainnya kami hiatus dulu dari “hobi” ini, suatu hari kami akan kembali lagi ya, we will back stronger !
Trip ke Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon, September 2011
  • NAIK GUNUNG. Selain jalan-jalan, hobi saya yang lainnya adalah naik gunung. Ini kok hobi ngabisin uang semua ya Mah haha. Saya suka naik gunung dari SMA dan makin menjadi – jadi ketika kuliah. Alhamdulillah dipertemukan dengan suami yang punya hobi sama sehingga saya masih bisa naik gunung sampai saat ini. Putri kami Cici juga selalu ikut naik gunung, kenapa alasannya pernah saya tuliskan di sini. Sama seperti jalan-jalan, kami sekarang hiatus dulu, semoga bisa cepat naik gunung lagi ya.
Puncak Rantemario di Gunung Latimojong, 3478 m dpl – Agustus 2019. Gunung terakhir sebelum Covid menyerang.
  • MAKAN dan MASAK. Hobi makan juga sebetulnya menghabiskan uang ya Mah, saya doyan makan lho (ga usah ngaku juga sudah kelihatan kan). Hobi yang sejalan dengan hobi jalan-jalan, istilah kerennya sekarang wisata kuliner. Selain makan saya juga suka memasak, terutama mencoba resep-resep baru atau makanan-makanan favorit yang susah didapat di Kuala Lumpur, hikmah merantau. Sama seperti jalan-jalan, hobi memasak ini juga mendatangkan rezeki, kami punya katering abal-abal namanya Pomaci Kitchen. Spesialisasi Pomaci Kitchen adalah makanan Indonesia, tag line-nya : Authentic Indonesian Cuisine. Tentang Gudeg Yu May dan Pomaci Kitchen pernah saya tuliskan di sini. Memasak itu seru lho Mah, senang sekali kalau membaca message dari teman-teman, pelanggan setia Pomaci Kitchen. Sampai saat ini baru sebatas mimpi ingin mengembangkan hobi ini, belum ada waktu dan kesempatan yang tepat. Tapi siapa tahu suatu hari nanti ada Restoran Pomaci Kitchen, bilang aja temannya May, Insha Allah ada diskon khusus ya Mah.
Lontong Cap Go Meh, salah satu menu andalan Pomaci Kitchen, tapi jarang banget mau nerima pesanan ini karena repot masaknya haha
  • MEMBACA. Sedari kecil hobi saya adalah membaca buku. Mami bercerita bahwa saya bisa membaca sejak saya berumur 3 tahun. Saya tidak tahu pasti metode apa yang beliau gunakan, tapi saya sangat bersyukur Mami mengenalkan buku dengan semua anak-anaknya. Saya ingat bahwa saya sering berkunjung ke perpustakaan sekolah sejak Taman Kanak-Kanak, setiap hari pasti ada buku yang saya pinjam dan dibawa pulang. Setiap pembagian rapot Mami akan membelikan hadiah, Majalah Bobo favorit saya. Dengan keadaan ekonomi terbatas Mami selalu memastikan semua anak-anaknya bisa membeli buku bacaan, minimal setahun sekali ketika kami berkunjung ke toko buku untuk membeli buku pelajaran sekolah. Metode Mami terbukti sangat ampuh, saya memang sangat cinta buku dan membaca. Perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, perpustakaan universitas dan toko buku selalu menjadi tempat favorit saya. Di dalam tas saya selalu ada buku, yang bisa saya baca kapan saja. Buku adalah sahabat saya, karena buku saya tidak pernah kesepian.
  • MENULIS. Selain membaca, saya juga suka menulis. Saya tidak tahu pasti kapan saya mulai menyukai menulis, tapi saya mulai mengikuti lomba menulis sejak kelas 1 SMP. Guru Bahasa Indonesia saya berpendapat tulisan saya cukup baik, saya mewakili sekolah mengikuti lomba menulis dan menjadi juara. Di kelas 3 SMP saya merubah cita – cita dari dokter menjadi jurnalis, tentunya karena kecintaan saya terhadap membaca dan menulis. Saat kuliah saya mulai memberanikan diri mengirimkan tulisan ke media cetak. Beberapa cerita saya ketika melakukan perjalanan, bertualang dan mendaki gunung pernah dimuat di Intisari, Kompas dan Koran Tempo. Bukan main bangganya ketika cerita saya mendaki Pegunungan Meratus mendapat jatah satu halaman penuh di Koran Tempo edisi hari Minggu. Dengan komisi yang lumayan saya bisa membelikan baju untuk orang tua, membeli tas baru dan mentraktir makan teman-teman.
  • BLOG. 17 tahun menjadi Blogger, tentunya menjadikan blog adalah bagian dari hidup saya. Di blog, ada kebebasan untuk menulis apa saja. Mulai dari curahan hati, catatan perjalanan, cerita perkembangan anak, apa saja bisa saya tuliskan di blog. Tentunya tidak akan ada orang yang protes. Berkat blog saya mendapat banyak teman baru, sempat mendapat rezeki dari monetisasi, sampai yang paling epik adalah kesempatan membeli mobil idaman dengan cicilan tanpa bunga, boleh dibayar kapan saja tidak ada batas waktu. Berkat blog, berkat tulisan.
Si Tini, mobil kesayangan yang kami beli dari Alm Aki – Pak Suparka, gara – gara blog

Wah ternyata sudah cukup banyak yang saya ceritakan disini, kalau dilanjutkan mungkin ini bisa jadi buku si narsis May. Sebelum ditutup, ada satu hal lain yang ingin saya ceritakan : saya sebagai Mamah Gajah.

Sebagai Mamah Gajah

Seperti yang pernah saya ceritakan di sini, sebetulnya saya tidak pernah bercita – cita masuk ITB. Dulu ketika saya masih SMA, sebetulnya cita-cita saya awalnya kuliah di UI, jurusan Antropologi. Bukan karena UI-nya tapi karena saya ingin masuk Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) UI. Sayangnya atau untungnya di tahun yang sama saya lulus SMA banyak peristiwa terjadi. Suharto turun, revolusi mahasiswa, keadaan ekonomi tidak baik, dan tentunya kondisi di Jakarta tidak menentu. Orang tua menyarankan saya kuliah di Bandung saja, alhamdulillah saya bisa lulus UMPTN dan diterima di ITB. Walaupun senang ada sedikit perasaan kecewa, karena gagal masuk Mapala UI tentunya.

Tetapi sedikit perasaan kecewa itu terobati karena saya menemukan KMPA dan karena melihat orang tua saya sangat bangga karena anak perempuannya masuk ITB, kampus terbaik bangsa. Jurusan teknik lagi, calon tukang insinyur. Saya masih mengingat dengan jelas cerita Mami ketika pulang dari pertemuan orang tua dengan dosen jurusan, di awal masa perkuliahan. Mami tidak bercerita tentang perasaan bangganya, tapi saya bisa mengerti bahwa Mami sangat bangga. Penuh semangat Mami bercerita tentang kampus ITB yang sangat indah dan dosen-dosen yang ramah.

Sejak saat itu saya berjanji untuk tidak mengecewakan orang tua. Walaupun bandel, sering bolos kuliah (rekor bolos kuliah terlama saya 2 minggu gara – gara naik gunung ke Kalimantan) tapi alhamdulillah saya bisa lulus dengan nilai yang cukup baik dan langsung mendapatkan pekerjaan. Tentunya lagi – lagi karena doa dan dukungan orang tua.

Geawati, perempuan di sarang penyamun

Sebagai tukang insinyur cap gajah, saya akui banyak kemudahan yang saya dapatkan. Mulai dari mencari pekerjaan, berinteraksi dengan teman-teman kerja, atasan, anak ITB sepertinya selalu jadi prioritas. Kebanyakan bos-bos saya dulu anak ITB, ketika saya bekerja di Malaysia, teman-teman selalu bilang : wah Kak May dari ITB, the best uni tu.

Untungnya atau anehnya, dulu (atau sampai sekarang ?) saya tidak pernah merasa menjadi lulusan ITB adalah hal yang istimewa. Saya tidak terlalu fanatik dan membanggakan diri sebagai anak gajah, apalah arti sebuah nama kan ya Mah.

Tapi ada satu hal yang saya perhatikan sebagai ciri khas lulusan Gajah. Setuju ngga kalau anak Gajah itu semua pada PD dan cenderung nekat. Mungkin rasa percaya diri itu timbul dari lambang Gajah itu sendiri, anak ITB gitu lho. Hampir semua anak Gajah yang saya kenal tidak pernah menolak ketika diberi pekerjaan baru, walaupun belum pernah melakukan, kebanyakan akan bilang yes dan siap menerima tantangan. Urusan bisa atau ngga-nya dipikirkan belakangan. Kalau dipikir-pikir ini nekat kan. Dan rasa-rasanya selama saya bekerja banyak juga kenekatan yang saya lakukan, alhamdulillah baik – baik saja selama ini. Anak ITB banget ya Mah haha.

Selain itu, sebagai Mamah Gajah introvert, si turbulent architect, saya tidak pandai bergaul.

Sharp-witted and darkly funny, Architects (INTJs) aren’t everyone’s cup of tea – and they’re okay with that. For the most part, people with this personality type aren’t obsessed with being popular. They don’t spend their time and energy on just anyone, and they can be difficult to get to know.

#si saya yang turbulent architect

Kepribadian saya susah-susah gampang Mah. Sebagai penganut JOMO sejati saya menyadari saya terkadang susah untuk mingle atau bergabung dalam suatu kelompok. Bersyukur ada banyak teman-teman Gajah yang juga sama dan akhirnya bisa menjadi teman dan sahabat dekat. Tidak perlu banyak tapi yang penting kualitas kan Mah. Walaupun saya akui ini kadang-kadang bukan hal yang baik, saya masih terus belajar untuk membuka diri juga dengan orang lain. Perlahan semoga bisa.

Penutup

Sekian dulu sedikit cerita tentang saya ya Mah, senang bisa mengenal Mamah semua, penasaran juga ingin tahu lebih banyak tentang Mamah-mamah Gajah. Saya cukupkan disini dulu, suatu saat kita ngobrol-ngobrol lagi ya.

Filed under: MGN

17 Comments

  1. Pingback: 38 (+4) Things About Bu Sri, yang juga Seorang Mamah Gajah – Achieving Dreams Thru' Writing

  2. Pingback: Hanya di Indonesia - sereleaungu

  3. Pingback: Paris, je t’aime ! - sereleaungu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *